Kesehatan

Dinkes P2KB Sumenep Gelar Pelatihan Lintas Profesi Demi Perkuat Layanan Diabetes

×

Dinkes P2KB Sumenep Gelar Pelatihan Lintas Profesi Demi Perkuat Layanan Diabetes

Sebarkan artikel ini
IMG 20250710 WA0036
KOMPAK: foto bersama peserta tata laksana dan rehabilitasi penderita dm di fktp (SandiGT - Seputar Jatim)

SUMENEP, Seputar JatimDinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, memperkuat kualitas respons medis dan rehabilitatif melalui pelatihan tatalaksana Diabetes Melitus (DM) berbasis komunitas dan layanan primer.

Sebanyak 70 tenaga medis lintas profesi dari puskesmas dan klinik di seluruh Sumenep berkumpul di Hotel De Bagraf menjadi pionir gerakan deteksi dini, rehabilitasi, hingga edukasi gaya hidup sehat di lini terdepan pelayanan masyarakat.

“DM tidak lagi soal gula darah tinggi semata. Ini tentang perubahan ekosistem kesehatan, dan puskesmas harus jadi episentrumnya,” kata Kepala Bidang P2 Dinkes P2KB Sumenep, Achmad Syamsuri, Kamis (10/7/2025).

Menurutnya, lonjakan penderita diabetes yang tidak terdiagnosis di usia produktif menjadi alarm keras bagi Sumenep. Terlebih, pendekatan yang selama ini bersifat kuratif belum cukup membendung komplikasi yang muncul belakangan.

Baca Juga :  Disbudporapar Bakal Lounching Logo Hari Jadi Sumenep ke 757

“Kami ingin menciptakan kultur baru tenaga kesehatan yang bergerak, bukan hanya menunggu. Yang menjemput risiko sebelum menjadi penyakit,” ujarnya.

Pelatihan ini, lanjut dia, menghadirkan dua narasumber klinis utama di hari pertama, yaitu Mohammad Kristian, dari RSI Kalianget yang memaparkan pembaruan tatalaksana diabetes berbasis evidence-based medicine.

“Ada Didik Permadi, dari RSUD dr. H. Moh. Anwar yang memaparkan rehabilitasi fungsional, termasuk pemulihan mobilitas pasca komplikasi,” jelasnya.

Ia menegaskan, hari kedua menjadi titik balik dengan hadirnya pemateri non-klinis, yaitu Bagus Mulyono, mantan Ketua Ahli Gizi Kabupaten Sumenep yang kini menjadi Tenaga Ahli Bupati Bidang Kesehatan, yang memaparkan terkait pentingnya edukasi gizi berbasis lokal.

“Penanganan DM yang efektif itu holistik. Gizi, olahraga, edukasi, psikososial semua harus bergerak bersama,” tegasnya.

Lanjut ia menyampaikan, ada perwakilan PPNI yaitu Anis, yang menyampaikan peran strategis perawat sebagai jembatan antara sistem kesehatan dan realitas sosial masyarakat.

Dia pun mengulas praktik edukasi komunitas yang terbukti efektif di kawasan pesisir Sumenep, dari rumah ke rumah.

Kegiatan ini tidak berdiri sendiri. Ia menjadi bagian dari strategi menurunkan kematian dini akibat PTM sebesar 25% hingga akhir 2025, sebagaimana dicanangkan Kementerian Kesehatan RI. Namun di Sumenep, program ini ditekankan pada kekuatan akar rumput—bukan hanya pada instruksi vertikal.

“Kuncinya di FKTP. Kalau mereka tanggap, maka komplikasi bisa ditekan, biaya kesehatan berkurang, dan masyarakat hidup lebih bermutu,” bebernya.

Lebih lanjut ia menambahkan, yang menarik pelatihan ini juga menjadi ruang dialog antarpraktisi dari wilayah kepulauan dan daratan, berbagi tantangan unik dari minimnya alat skrining di desa terpencil hingga rendahnya kesadaran keluarga terhadap gejala awal DM.

“Hasil dari pelatihan ini tak akan berhenti di ruang kelas. Dinkes P2KB Sumenep berencana membentuk mentor lapangan dari para peserta terlatih, yang bertugas mendampingi deteksi dini, menyusun edukasi berbasis RT/RW, dan mengawasi program rujukan dini di masing-masing wilayah kerja,” imbuhnya.

“Sumenep sedang membentuk pola baru, sistem kesehatan berbasis ketanggapan primer, bukan beban sekunder. Dan pelatihan DM ini adalah langkah awal yang diambil dengan penuh kesadaran dan keberanian,” pungkasnya. (Sand/EM)

*

Tinggalkan Balasan