NewsPolitik

Menerka Makna Batik yang 2 Kali Dipakai Jokowi di Acara PDIP

702
×

Menerka Makna Batik yang 2 Kali Dipakai Jokowi di Acara PDIP

Sebarkan artikel ini
Moment pertemuan Ganjar dan Joko widodo (ist)
Foto:Moment pertemuan Ganjar dan Joko widodo (ist)

JAKARTA, seputarjatim.com-Presiden Joko Widodo mengenakan Batik Tulis Canteng Koneng yang berasal dari Sumenep, Madura pada dua momen besar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Yaitu pada saat deklarasi Ganjar Pranowo sebagai bakal capres 2024 dan Hari Ulang Tahun (HUT) PDIP ke-50.
Lantas, apa makna di balik motif batik yang dikenakan Jokowi? Pakar batik asal Kendal, Shuniyya Ruhama Habiballah, menjelaskan motif batik Jokowi tersebut adalah jenis motif kontemporer.

“Kalau kita melihat motif secara sederhana, ini memiliki dua motif yang digabungkan menjadi satu, kemudian dibentuk menjadi motif baru,” kata Shuniyya kepada detikcom, Sabtu (22/4/2023).

Shuniyya menjelaskan motif pertama, diambil dari versi batik klasik motif debyah. Debyah merupakan bunga teratai yang sedang mekar.

Baca Juga :  Kiai Muda Ganjar Ajarkan Warga Membuat Alat Dapur dan Kebersihan dari Bambu

Motif pertama, motif itu kalau pada versi klasiknya motif debyah namanya. Debyah itu bunga teratai yang sedang mekar,” ucap Shuniyya.

Ada pesan atau doa yang terkandung dalam motif tersebut. “Itu mengandung doa, harapan, semoga kiranya pemilik atau pemakainya senantiasa mendapatkan berkah, kebaikan, memiliki karier yang baik, memiliki kehidupan masa depan yang baik. Kalau itu sebuah doa, bisa untuk dirinya, atau untuk orang yang didoakan oleh pemiliknya dalam acara yang beliau hadiri tersebut,” papar Shuniyya.

Kemudian motif kedua adalah motif stilisasi burung phoenix. Burung phoenix, jelas Shuniyya, adalah burung abadi yang akan membakar diri hingga menjadi abu untuk mencapai bentuk yang lebih indah.

“Motif kedua, itu bisa dibaca sebagai stilisasi atau perusakan atau penyamaran motif untuk disembunyikan dari motif burung phoenix. Yaitu mengandung makna bangkit dari abu. Burung phoenix itu kan burung abadi, jadi kalau dia mau hidup menjadi yang baru, yang lebih indah, yang lebih bagus, dia harus mengorbankan dirinya dulu. Begitu dia mengorbankan diri, dia terbakar menjadi abu, kemudian dari dalam abu ini muncul burung phoenix baru yang lebih indah, yang lebih bagus lagi,” terang Shuniyya.

Baca Juga :  Tingkatkan Mutu Pendidikan, Diknas Sumenep Gelar Bimtek Bagi Guru P3K

Motif batik kontemporer yang dikenakan Jokowi, sambung Shuniyya, sangat kekinian. “Bisa jadi konsepnya seperti itu, tapi ini dimasukan ke wilayah kontemporer. Sehingga tidak kelihatan tua, tetapi kelihatan anak muda banget. Adapun batik itu polanya mengikuti pola pesisiran,” jelas Shuniyya. (Sumber detiknews)

Tinggalkan Balasan