SUMENEP, Seputar Jatim – Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Kabupaten Sumenep, Madura,Jawa Timur, mulai menata fondasi baru untuk pengembangan riset lokal yang berdampak nyata terhadap pembangunan daerah.
Salah satu langkah konkretnya adalah mendorong perguruan tinggi di wilayah setempat agar lebih serius mengembangkan riset yang tidak hanya kuat secara akademik, tetapi juga aplikatif.
Kepala BRIDA Sumenep, Benny Irawan mengatakan, bahwa upaya penguatan riset bukan sekadar program jangka pendek, melainkan bagian dari strategi besar mendorong kemandirian daerah melalui inovasi berbasis data dan kajian ilmiah.
“Riset harus menjadi alat bantu pemerintah dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu, kami ingin kualitas riset kampus semakin membaik, bukan hanya di atas kertas, tapi mampu menyentuh realitas sosial dan ekonomi masyarakat,” ujarnya. Selasa (8/7/2025).
Ia menegaskan, beberapa kelemahan yang masih ditemukan di lingkungan akademik lokal, seperti keterbatasan metodologi, minimnya eksplorasi lapangan, hingga kurangnya keterhubungan riset dengan isu-isu strategis daerah, perlu segera dibenahi.
“Kami melihat potensi yang besar, tetapi perlu didorong dengan pendekatan yang tepat. BRIDA siap menjadi fasilitator,” jelasnya.
Salah satu langkah konkret yang disiapkan adalah pembukaan kemitraan riset antara BRIDA dan kampus-kampus lokal. Dalam skema ini, dosen dan peneliti dari perguruan tinggi diberikan ruang untuk mengajukan proposal dalam proyek riset tematik BRIDA.
Proyek-proyek tersebut, lanjut dia, akan difokuskan pada bidang prioritas pembangunan, mulai dari tata kelola desa, ekonomi kreatif, hingga tata ruang dan lingkungan.
“Ini bukan sekadar proyek penelitian, tapi arena strategis membangun relevansi riset dengan kebutuhan daerah. Kampus yang mampu menunjukkan kedalaman analisis dan ketajaman rekomendasi akan kami libatkan secara berkelanjutan,” bebernya.
Pihaknya juga mendorong pengembangan riset dengan cakupan yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada satu desa atau kecamatan, melainkan menjangkau dinamika di tingkat kabupaten.
“Kita harus belajar dari daerah lain yang sukses menjadikan riset sebagai pilar kebijakan. Sumenep punya peluang besar ke arah sana,” tambahnya.
Kemudian, ia menargetkan terbentuknya ekosistem riset kolaboratif yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari kampus, lembaga swadaya masyarakat, hingga pelaku usaha lokal.
Dengan dukungan data yang akurat dan kajian yang mendalam, pemerintah daerah diyakini akan memiliki pijakan yang lebih kuat dalam merancang kebijakan pembangunan.
“Ini era baru riset daerah. Kita tidak lagi menunggu rekomendasi dari pusat. Justru Sumenep harus jadi pelopor lahirnya riset-riset inovatif yang bisa jadi rujukan, bahkan di tingkat provinsi atau nasional,” pungkasnya.(Sand/EM)
*