SUMENEP, seputarjatim.com- Memperindah desa menjadi niat puluhan pemuda di Desa Kalianget Timur, Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep. Pelabuhan rakyat yang dulunya mangkrak, gelap, dan kerap dijadikan lokasi mesum mulai disulap menjadi lokasi wisata. Sejak bulan September tahun 2020, mereka bahu membahu membersihkan areal bentang pelabuhan, dan mulai memasang pagar bambu bagi pengunjung. Dana yang digunakan diperoleh dengan cara swadaya.
“Kami hanya mau mengelola desa. Biar hasilnya dinikmati masyarakat desa, banyak warga yang berdaya. Secara ekonomi juga akan berdampak,” tutur Syarkawi, Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Lestari Lingkungan, Senin, 18/12/2020.
Selama ini menurut Syarkawi, lokasi pelabuhan rakyat identik dengan kriminalitas. Maka dengan dikelola secara profesional, bentang jembatan yang memiliki lebar 10 meter dan panjang 400 meter tersebut dapat dimanfaatkan lebih baik.
“Ada sisi ekonomi yang dapat masyarakat ambil. Selain itu, pesisir Kalianget yang juga dipenuhi tanaman mangrove bisa juga kami jadikan lokasi edukasi bagi pelajar,” imbuhnya.
Larangan PT Garam Persero
Memiliki ijin tertulis dari KSOP Kalianget dan Bappeda Sumenep, tak membuat usaha para pemuda Desa Kalianget Timur ini berjalan mulus.
Petugas satuan pengamanan (Satpam) perusahaan BUMN tersebut tiba-tiba mendatangi lokasi dan meminta warga menghentikan aktifitas perbaikan lokasi wisata.
“Ini kan aneh. Masa areal Pelra ini diklaim milik PT Garam. Sudah jelas tertulis di ijin KSOP mereka mengijinkan. Pemerintah Kabupaten melalui Bappeda juga memberi lampu hijau, tapi kenapa PT Garam melarang?” timpal Syarkawi kesal.
Tak diam begitu saja, saat ini para pemuda meminta digelarnya audiensi untuk mencari solusi kelanjutan pengelolaan Pelra menjadi objek wisata.
“Iya kami sedang mengupayakan adanya audiensi. Biar kami tahu, tanah mana yang milik PT Garam itu. Kami ini ingin membangun desa. Masa PT Garam yang notabene berada di Desa Kalianget Timur tidak mendukung itu. Lantas warga Desa apa yang akan didukungnya? Bukankah kami ini hidup berdampingan?” imbuh Syarkawi.
Sesuai dengan rencana, pengembangan pelabuhan rakyat menjadi destinasi wisata ini akan digarap warga secara bertahap.
“Ada lokasi bersantai, warung kita bangun, ada sarana edukasi, kebersihan di lokasi dan pantai kita jaga. Intinya kita tetap berbasis menjaga lingkungan hidup,” pungkas Syarkawi. (Mg1/red)