SUMENEP, Seputar Jatim – Manding Distrik Festival 2025 kembali menjadi panggung kebudayaan yang berlokasi di Kecamatan Manding, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Dengan mengusung tema “l’Semangat Pelestarian dan Pemberdayaan Lokal’, festival ini bukan hanya menjadi ajang pertunjukan seni, tetapi juga ruang pertemuan antara sejarah, identitas, dan masa depan masyarakat Madura.
Acara ini dimulai dengan pemukulan gong oleh Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar) Sumenep, Moh. Iksan, sebagai penanda dibukanya agenda penuh makna ini.
Plt Camat Manding, Siswahyudi Bintoro menyampaikan, apresiasi mendalam atas kolaborasi berbagai pihak yang membuat festival tahun ini kembali hadir dengan semangat baru.
“Kami ingin Manding dikenal sebagai pusat dinamika budaya, bukan sekadar wilayah administratif. Ini kebanggaan warga yang hidup,” ujarnya. Senin (19/5/2025)
Menurutnya, bahwa festival ini merupakan wujud gotong royong dan cinta kolektif masyarakat terhadap budayanya sendiri.
“Dengan antusiasme warga dan semangat kebersamaan, Manding Distrik Festival 2025 menjadi ruang budaya sekaligus penggerak ekonomi lokal yang memberi warna baru bagi Sumenep dan Madura secara lebih luas,” jelasnya.
“Ini bukan sekadar hiburan. Ini ruang kolektif untuk mengenalkan budaya, menggerakkan ekonomi rakyat, dan mempererat kohesi sosial,” ucapnya.
Ia mengaku bahwa malam pembukaan langsung disemarakkan oleh penampilan grup musik tradisional Tongtong Pangeran Soengenep yang membius ribuan penonton lewat permainan ritmis dan atraksi khas Madura yang enerjik. Lantunan musik bambu dan logam menjadi jembatan yang menghubungkan generasi muda dengan akar warisan leluhur.
“Festival ini tidak hanya menyuguhkan seni pertunjukan. Manding Distrik Festival juga menghadirkan pasar malam budaya yang meriah, lengkap dengan wahana permainan anak, lampu kelap-kelip yang memanjakan mata, serta kuliner khas Madura yang menggoda indera, mulai dari kaldu kokot hangat hingga sate Madura yang legendaris,” bebernya.
Di tengah geliat perayaan, geliat ekonomi lokal pun turut berdenyut. Deretan stan UMKM berdiri rapi, memamerkan produk-produk kerajinan tangan, kain batik, kuliner khas, hingga inovasi kreatif berbasis lokalitas.
Festival ini menjadi etalase bagi potensi Manding yang selama ini tumbuh senyap namun berakar kuat.
“Manding Distrik Festival tidak hanya menjadi agenda tahunan. Ia telah menjelma menjadi ruang kolektif yang menyatukan masyarakat, seni, ekonomi, dan masa depan dalam satu peristiwa kebudayaan,” imbuhnya.
“Di tengah arus modernitas yang terus mengalir, Manding memilih untuk menguatkan akar menjadikan budaya bukan hanya sebagai warisan, melainkan kekuatan hidup,” tukasnya. (Sand/EM)
*