EDITORIAL : Kicaumania, Sebuah Aliran Filsafat

106
×

EDITORIAL : Kicaumania, Sebuah Aliran Filsafat

Sebarkan artikel ini
20190714 105446 scaled
Kicaumania berkumpul dalam sebuah lomba. (Budi/ SJ foto/dok)

Didik Setia Budi, Pemimpin Redaksi Seputarjatim.com

Seputarjatim.com Burung juara, lahir dari pemandu bakat yang ulung. Burung juara melewati tempaan berat. Naik turun gantangan. Tahan cuaca ekstrim, hujan atau panas seketika. Karakter burung juara harus adaptatif, atau cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Burung juara disetting mampu menjadi pemenang, dalam kesempatan sekecil apapun.

Burung juara seringkali melewati separuh malamnya tanpa nyenyak. Bunyi masteran suara isian harus diperdengarkan jelas didekat sangkarnya. Hafalan lagu ini harus intens diulang. Tujuannya agar si-burung juara tidak lupa, dan melekat kuat di memori burung. Seorang perawat burung nasional pernah berujar, intinya, tidak ada burung yang terlahir juara. Mental dan burung juara harus terus diasah, dilatih tanpa henti.

Menarik mengulas perjuangan yang dilakukan kicaumania dalam mengorbitkan burung peliharaannya. Perlu kesabaran, belajar, berlatih, mencoba, salah, dan mencoba lagi. Long live education menurut mereka, sebuah proses belajar yang dilakukan terus menerus.

Baca Juga :  Kompak, Disdik Dan Kemenag Sumenep Larang Haflatul Imtihan Dan Lepas Pisah

Karenanya di akhir setiap sesi perlombaan burung; tatkala bendera koncir disematkan, para peserta lomba  akan melirik para burung juara. Bukan untuk melihat si pemilik burung. Namun untuk mencari tahu, siapa pemandu bakat burung juara itu.

Dunia kicaumania adalah lingkungan yang seharusnya menjadi teladan bagi semua. Kicaumania mengajarkan pentingnya kesabaran, dan menghargai proses. Seorang kicaumania sejati (pemandu bakat), memiliki kurikulum step by step untuk membentuk karakter juara burung yang dirawatnya. Kicaumania sangat memperhatikan detil efek dari trik rawatan yang dilakukannya. Kicaumania harus terus berbuat, untuk sang burung.

Dunia kicaumania pun menjadi gambaran sebuah kejujuran. Burung juara akan dipilih selektif. Tak peduli burung tersebut milik si-A, si-B. Juri tetap fokus pada kriteria penilaian yang ditetapkan. Dan lagi, pandangan juri juga tak silau dengan atribusi pelengkap burung. Model sangkar, harga sangkar, tidak menjadi ukuran. Mereka tetap fokus pada kriteria penilaian yang ditetapkan.

Baca Juga :  Khofifah Gagas Wisata Penangkaran Cenderawasih dan Kakatua di Jatim

Hal unik dalam dunia kicaumania adalah “sikap senang tidak berlebih”, saat burung rawatannya menjadi juara. Para pemenang senang, tapi tidak berlebih. Mereka sadar, kemenangan saat itu bukan jaminan menjadi kemenangan selanjutnya. Para pemenang inipun tak boleh diam dan berhenti. Mereka harus tetap bekerja, lagi, melatih burung untuk kemenangan-kemenangan selanjutnya.

Kicaumania adalah teladan. Kesetiaan dan espektasi. Kicaumania memiliki tujuan dan target yang ingin dicapainya. Kicaumania adalah seorang yang gigih. Gagal, bangkit lagi. Gagal, mencoba lagi. Memang, belum banyak yang meneladani kisah dan filosofi Kicaumania. (*)

Tinggalkan Balasan