BERMAIN BOLA LAGI
aku bermain bola lagi
di lapangan. aku menjadi bola. di kakimu dan di kaki orang-orang tak dikenal. ditendang-tendang ke udara. aku melambung cukup tinggi, dan jatuh akhirnya lagi aku di sepatumu atau, di kaki musuh-musuhmu.
aku ditendangmu berulang-ulang kali. tapi kamu tak sadar. atau sangat sadar
: sesekali pelan-pelan saja. aku menggelinding dengan datar.
di kali yang tak menentu, dengan penuh pertimbangan, aku dicocong kaki gelandangmu. aku diumpan. aku pun lalu melesat jauh. sangat terukur aku kau jatuhkan di kotak penalti lawan-lawanmu.
di kali yang gaduh. engkau merasa terancam dengan keberadaanku, dan demi menjaga diri dari kebobolan, keras dan lantang sekali kau teriaki pagarpagar betismu yang angkuh angkuh itu. maka selamatlah kamu, gawangmu, dari kebobolan itu, dan
merekalah juga yang tersangka. ya mereka, yang membuang aku jauh terpelanting ke tempat duduk para penonton. kau tak acuh, bahwa jatuh dari ketinggian itu sungguh tidak enak. apalagi jika lalu menghantam keras kepala anak-anak.
aku adalah bola bulat nan bebal. aku senantiasa tangguh karena telah, terbiasa aku jatuh. disundul-sundul, dari kepala satu, kepada kepala kepala lain.
di lapangan sebuah kompetisi yang tidak akan pernah berhenti ini. akulah bola yang teramat pasrahnya. dan hai kalian lihatlah, betapa kaki kaki kekar itu begitu napsu. mencongkel congkel aku, dan
GOAL!
lalu,
kau pungut aku
dengan girang sekali
di dalam gawang kamu sendiri
17.11.2016
Soemarda Paranggana, lahir di Bangkal-Sumenep, Pendidik yang menggeluti dunia sastra.