SUMENEP, Seputar Jatim — Ribuan warga menghadiri Festival Hadrah yang digelar di Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Festival Hadrah Sumenep 2025 ini hadir dengan energi baru, semangat muda, serta pesan kebudayaan yang menggugah.
Lebih dari sekadar lomba, festival tahun ini menjelma sebagai epik budaya yang menyatukan spiritualitas, seni tradisi, dan geliat ekonomi lokal dalam satu ruang perayaan kolosal.
Sebanyak 50 grup hadrah dari berbagai pelosok desa unjuk gigi, bersaing dengan semangat persaudaraan demi meraih Piala Bupati Sumenep.
“Ini bukan festival biasa. Ini adalah panggung peradaban. Kami ingin menegaskan bahwa hadrah bukan hanya milik masa lalu, tapi bagian dari masa depan,” kata Kepala Bapenda Sumenep, Faruk Hanafi, Rabu (18/6/2025).
Ketua Pelaksana kegiatan itu menyebutkan, bahwa festival ini juga dirangkai dengan pameran UMKM terbesar tahun ini, yang menghadirkan produk-produk kreatif lokal, kuliner tradisional, dan inovasi wirausaha muda yang menggairahkan dari semua Kecamatan Lenteng.
“Yang membuat festival tahun ini terasa lebih segar adalah munculnya grup-grup hadrah milenial dan Gen-Z, yang memadukan kekuatan tradisi dengan semangat zaman,” jelasnya.
Menurutnya, banyak di antaranya lahir dari komunitas pesantren, sekolah menengah, dan bahkan kelompok pemuda desa yang sebelumnya tak tersentuh aktivitas seni.
“Anak-anak muda ini bukan cuma melestarikan hadrah. Mereka menghidupkannya kembali dengan gaya mereka sendiri, tanpa kehilangan ruh aslinya,” bebernya.
Festival ini juga terbukti menjadi motor penggerak ekonomi mikro. Puluhan stan UMKM di arena festival dipadati pengunjung setiap hari. Produk makanan khas, busana etnik, herbal, hingga kerajinan tangan laris-manis diborong pengunjung dari dalam dan luar daerah.
“Festival ini tak hanya menampilkan potensi seni, tapi juga memetakan wajah baru ekonomi lokal berbasis budaya, yang inklusif dan berkelanjutan,” imbuhnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Sumenep, Imam Hasyim, mengaku tak ragu menyebut festival ini sebagai momentum sakral yang harus dijaga dan diwariskan.
“Hadrah adalah suara jiwa masyarakat Madura. Ia bukan sekadar pertunjukan, tapi jejak sejarah, ekspresi spiritual, dan identitas kolektif yang tak boleh pudar di tengah gelombang modernisasi,” bebernya.
Ia pun mengajak seluruh masyarakat, terutama generasi muda, untuk menjadi penjaga dan pewaris seni ini, karena hadrah bukan sekadar budaya, melainkan warisan nilai.
“Festival Hadrah Sumenep 2025 adalah bukti bahwa seni tradisi tidak pernah benar-benar tua selama ia terus dimainkan dengan hati muda,” tuturnya.
Lebih lanjut ia menambahkan, bawa acar ini bukan sekadar hiburan, tapi narasi identitas, bahasa spiritual, dan denyut ekonomi lokal yang tak bisa dipisahkan.
“Dari atas panggung hingga ke sela-sela stan UMKM, Sumenep sedang berbicara. Lewat hadrah ini, kami masih punya akar, dan akar ini tumbuh,” pungkasnya. (Sand/EM)
*