News

Tayangan Trans7 Dinilai Lecehkan Pasantren dan Kiai, BEM Sumenep Desak KPI Segera Turun Tangan

×

Tayangan Trans7 Dinilai Lecehkan Pasantren dan Kiai, BEM Sumenep Desak KPI Segera Turun Tangan

Sebarkan artikel ini
1760432907519.IMG 20251014 WA0033 scaled
ANGKAT SUARA: Divisi Pendidikan dan Kebudayaan BEMSU, M. Rofiqul Mukhlisin (Doc. Seputar Jatim) 

 

SUMENEP, Seputar Jatim – Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Sumenep (BEMSU), Madura, Jawa Timur, mengecam keras terhadap salah satu tayangan di stasiun televisi Trans7 yang dinilai melecehkan lembaga pesantren dan merendahkan martabat para kiai.

Tayangan tersebut dianggap mencoreng marwah pesantren yang selama ini menjadi benteng moral dan penjaga nilai-nilai keislaman di Indonesia.

Divisi Pendidikan dan Kebudayaan BEMSU, M. Rofiqul Mukhlisin mengatakan, bahwa kesalahan tersebut tidak bisa dianggap sepele.

Menurutnya, media sebesar Trans7 seharusnya memiliki standar etik dan sensitivitas budaya yang tinggi, terlebih saat menampilkan konten yang menyangkut simbol keagamaan.

“Kami menilai tayangan itu sebagai bentuk pelecehan terhadap lembaga keagamaan yang memiliki peran besar dalam membangun peradaban bangsa. Trans7 harus segera menyampaikan permintaan maaf terbuka kepada publik, khususnya kepada kalangan pesantren dan para kiai,” ujarnya, Selasa (14/10/2025).

Baca Juga :  Disdik Sumenep Dorong Kemandirian Ekonomi Masyarakat Lewat Pendidikan Nonformal

Lanjut Rofiqul menyebutkan, bahwa tayangan tersebut bukan hanya mencederai nilai-nilai keislaman, tetapi juga memperlihatkan betapa rendahnya kepekaan sosial dan budaya dalam industri media nasional.

“Televisi adalah ruang edukasi publik, bukan ruang untuk menyinggung dan mempermainkan simbol-simbol agama. Jika hal seperti ini dibiarkan, maka akan menimbulkan keresahan dan kemarahan yang lebih luas di kalangan umat,” jelasnya.

Sementara itu, Koordinator BEMSU, Salman, menilai kasus ini menjadi alarm moral bagi dunia penyiaran Indonesia.

Ia juga mengingatkan, bahwa kebebasan berekspresi di media tidak boleh melampaui batas etika dan nilai agama.

“Media harus sadar bahwa kebebasan berekspresi tidak boleh melanggar batas moral. Kami, mahasiswa Sumenep, berdiri bersama para santri menuntut pertanggungjawaban dan permintaan maaf dari pihak Trans7,” tegasnya.

Menurutnya, apa yang terjadi bukan sekadar persoalan konten, tetapi juga mencerminkan lemahnya kontrol internal dalam industri penyiaran nasional.

Karena itu, BEMSU mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk segera turun tangan.

Baca Juga :  Diskominfo Sumenep Buka Wawasan Baru Bagi Generasi Muda Melalui Workshop dan Kompetisi Film Pendek 2025

“KPI tidak boleh diam. Ini saatnya menunjukkan keberpihakan terhadap masyarakat dan menjaga kehormatan lembaga pendidikan Islam,” imbuhnya.

“Kami tidak menolak kebebasan media, tetapi kebebasan itu harus diiringi tanggung jawab moral. Jika tidak ada itikad baik dari Trans7, mahasiswa dan santri Sumenep siap mengambil langkah-langkah lanjutan sebagai bentuk perlawanan moral,” tukasnya. (Sand/EM)

*

Tinggalkan Balasan