SUMENEP, Seputar Jatim – Ribuan warga memadati jalan utama kota untuk menyaksikan acara Peringatan Hari Jadi Kabupaten Sumenep ke-756 tahun 2025.
Dalam kegiatan tersebut digelar Prosesi Penobatan Arya Wiraraja dan Pagelaran Budaya 1.000 Topeng Dalang yang digelar di depan Museum Keraton Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Momentum bersejarah ini bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi juga menjadi refleksi mendalam atas perjalanan panjang Sumenep sebagai salah satu pusat peradaban dan budaya di Madura.
Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, dalam sambutannya menegaskan, bahwa peringatan hari jadi bukan hanya ajang hiburan, tetapi upaya menghidupkan kembali nilai-nilai luhur kepemimpinan yang diwariskan oleh Raden Arya Wiraraja, tokoh yang menjadi cikal bakal lahirnya pemerintahan Sumenep pada 31 Oktober 1269.
“Raden Arya Wiraraja telah memberikan teladan tentang kepemimpinan yang jujur, berwibawa, dan berpihak pada rakyat. Nilai itu harus menjadi warisan yang terus dijaga dan diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat dan pemerintahan kita hari ini,” ujarnya, Sabtu (25/10/2025).
Lanjut ia memaparkan, semangat kepemimpinan Arya Wiraraja masih relevan di era modern.
Kemudian, ia menggambarkan, di tengah derasnya arus digitalisasi dan globalisasi, masyarakat Sumenep harus tetap berpegang pada akar budaya, gotong royong, dan kearifan lokal sebagai pedoman hidup.
“Semangat dan nilai kepemimpinan Arya Wiraraja harus terus dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan sosial dan pemerintahan. Itulah kunci agar Sumenep tetap maju tanpa kehilangan jati dirinya,” jelasnya.
Menurutnya, bahwa prosesi ini merupakan bagian penting dari tema Hari Jadi ke-756 tahun 2025, yaitu “Ngopeni Songennep”, yang bermakna menjaga, merawat, dan menghidupkan kembali nilai-nilai luhur budaya yang telah diwariskan oleh para leluhur.
“Dengan Ngopeni Songennep, tumbuh rasa kepedulian untuk melestarikan dan menghidupkan tradisi di tengah modernisme, Budaya adalah lentera penuntun kemakmuran dan kehidupan masyarakat kita,” tandasnya.
Puncak acara malam Prosesi Arya Wiraraja ini ditandai dengan penampilan spektakuler Tari Topeng Dalang yang dimainkan oleh 1.000 penari dari berbagai kecamatan di Sumenep.

Dengan iringan gamelan khas Madura dan gemerincing ghungseng di kaki penari, ribuan topeng berwarna warni itu menari kompak di bawah cahaya lampu, menciptakan suasana magis dan membangkitkan nostalgia akan kejayaan seni rakyat Sumenep.
“Pertunjukan malam ini adalah cara kita mengenang akar budaya, menghargai sejarah, dan menunjukkan kepada generasi muda bahwa Sumenep bukan hanya cerita masa lalu, tapi kekayaan yang terus hidup dan berkembang,” imbuhnya.
Lanjut ia menambahkan, Tari Topeng Dalang bukan hanya bentuk hiburan, tetapi juga simbol perjuangan, ekspresi sosial, dan spiritualitas masyarakat Madura.
“Topeng ini bercerita tentang nilai kejujuran, keberanian, dan kesetiaan. Melalui 1.000 Topeng Dalang ini, kita ingin menunjukkan bahwa budaya Sumenep tidak pernah padam, ia hidup dalam jiwa masyarakatnya,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar) Sumenep, Moh. Iksan, menuturkan, bahwa prosesi Arya Wiraraja dan pagelaran budaya tahun ini dirancang sebagai strategi penguatan branding Sumenep sebagai Kota Budaya dan Pariwisata Berkelas Dunia.
“Melalui prosesi Arya Wiraraja dan 1.000 Topeng dalang ini, kami ingin menunjukkan kepada publik bahwa Sumenep bukan sekadar memiliki sejarah, tapi juga kebudayaan yang hidup dan mengakar kuat. Ini bagian dari upaya menempatkan budaya sebagai daya tarik wisata unggulan,” tuturnya.
Menurutnya, kegiatan spektakuler seperti ini juga memberikan dampak ekonomi yang nyata. Ribuan penonton dan peserta dari berbagai daerah ikut menggerakkan sektor UMKM, kuliner, serta ekonomi kreatif masyarakat.
“Dengan melibatkan ribuan penari, seniman lokal, dan generasi muda, kita ingin warisan budaya ini tetap lestari sekaligus menjadi magnet wisata yang membawa manfaat ekonomi bagi warga,” ujarnya.
Iksan menegaskan, Pemerintah Daerah terus mendorong agar setiap momentum budaya tidak hanya menjadi tontonan, tetapi juga tuntunan bagi masyarakat dalam menjaga identitas dan membangun peradaban yang berkarakter.
“Kita ingin dunia tahu, Sumenep bukan hanya memiliki sejarah panjang, tetapi juga punya masa depan yang gemilang karena masyarakatnya tidak melupakan akar budayanya,” pungkasnya. (EM)
*












