SUMENEP, seputarjatim.com- Hujan yang mengguyur Kabupaten Sumenep tiga minggu terakhir berdampak pada produksi garam.
Di Kecamatan Kalianget misalnya, para petani terlihat pasrah memungut sisa garam yang ada di lahan pegaraman milik mereka.
“Karena hujan ya pasti susut. Mungkin ini sudah akan memasuki musim hujan. Kita bersiap berhenti produksi garam,” terang Adi Pranoto, warga Desa Pinggir Papas, Kalianget, Sumenep, Selasa, 20/10/2020.
Sebelumnya menurut Adi, produksi garam telah berjalan selama 4 bulan. Akibat over stock garam tahun lalu, harga garam di pasaran saat ini juga terbilang murah.
“Per tonnya 300 ribu. Itu kotor. Petani masih mengeluarkan biaya angkut garam dari lahan ke jalan,” imbuhnya.
Yanto, petani garam lain mengaku telah bersiap untuk mengubah lahan garam miliknya menjadi tempat budidaya ikan bandeng dan mujaer.
“Agar tetap menghasilkan. Jadi di musim hujan kita menyulap lahan garam jadi tambak ikan,” katanya.
Kabupaten Sumenep merupakan daerah penghasil garam terbesar di Indonesia. Selain produksi garam rakyat, pembuatan garam skala besar juga dilakukan oleh perusahaan BUMN PT Garam Persero. (Mg2/red)