Nasional

Said Abdullah Akui Ratusan Pesantren di Indonesia Jadi Motor Ekonomi Kreatif

×

Said Abdullah Akui Ratusan Pesantren di Indonesia Jadi Motor Ekonomi Kreatif

Sebarkan artikel ini
IMG 20251023 WA0003
TERSENYUM: Ketua DPP PDI Perjuangan sekaligus Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, MH Said Abdullah (Doc. Seputar Jatim)

NASIONAL, Seputar Jatim – Di tengah derasnya arus modernisasi global, Ketua DPP PDI Perjuangan sekaligus Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, MH Said Abdullah, menyebutkan bahwa pesantren dan santri kini menjadi episentrum transformasi sosial, ekonomi, dan keagamaan bangsa.

Menurutnya, pandangan lama yang menilai pesantren sebagai komunitas tertinggal dan kolot sudah tak relevan lagi.

Kini, pesantren menjelma menjadi laboratorium pemberdayaan masyarakat dan pusat lahirnya inovasi sosial-ekonomi berbasis nilai Islam rahmatan lil alamin.

“Dulu santri sering diasosiasikan dengan kata ndeso, berpandangan sempit, dan jauh dari modernitas. Bahkan sempat ada tayangan televisi yang menggambarkan seperti itu. Tapi hari ini, penggambaran itu sudah usang. Dunia pesantren telah berubah jauh,” ujarnya Rabu (22/10/2025).

Baca Juga :  Melalui Bazar UMKM dan Pasar Murah, BPRS Bhakti Sumekar Jadi Penggerak Ekonomi Lokal

Politisi asal Sumenep itu menyampaikan, santri masa kini tak hanya mengaji dan menghafal kitab, tetapi juga mengelola bisnis, memproduksi karya digital, hingga menjadi penggerak ekonomi lokal.

“Pesantren hari ini bukan hanya pusat ilmu agama, tapi juga menjadi sekolah kehidupan. Para santri belajar teknologi, kewirausahaan, dan kepemimpinan,” katanya.

Ia pun mencontohkan Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, yang telah membangun jaringan ritel modern dengan lebih dari 125 cabang di Jawa dan Kalimantan.

Jaringan tersebut bukan hanya menggerakkan ekonomi pesantren, tetapi juga menjadi wadah bagi UMKM lokal untuk berkembang.

Contoh lain, Pesantren Lirboyo Kediri, di mana para santri mengelola Lirboyo Bakery, unit pengolahan sampah plastik, hingga depot air minum mandiri.

“Itu bukti nyata bagaimana pesantren membangun kemandirian ekonomi dari bawah,” tuturnya.

Menurutnya, semangat kewirausahaan di kalangan santri merupakan manifestasi nyata dari nilai-nilai Islam tentang kerja keras, kemandirian, dan keadilan sosial.

“Jika ditelusuri, ada ratusan pesantren di Indonesia yang kini menjadi motor ekonomi kreatif. Mereka bukan sekadar pusat pendidikan agama, tapi juga pilar pembangunan daerah,” ungkapnya.

Di era teknologi, kata dia, santri juga menunjukkan wajah baru Islam yang modern dan komunikatif.

Fenomena viralnya dakwah tokoh-tokoh seperti Gus Baha, KH Anwar Zahid, dan Gus Muwafiq menjadi bukti bahwa santri telah menguasai ruang digital untuk menyebarkan dakwah yang damai dan mencerdaskan.

“Dulu santri berdakwah di mimbar, sekarang mereka berdakwah lewat YouTube, TikTok, dan podcast. Dunia digital justru menjadi panggung baru bagi dakwah Islam yang sejuk dan moderat,” tuturnya.

Baca Juga :  DPRD Sahkan APBD Sumenep 2026, Fokus Keseimbangan Fiskal, Layanan Publik dan Ekonomi Lokal

Lanjut ia menambahkan, santri kini hadir di seluruh lini kehidupan nasional, dari akademisi, militer, tenaga medis, jurnalis, LSM, birokrasi, hingga politik.

“Saya sendiri santri. Sejak 1988 aktif di PDI, dan pada 1999 menjadi bagian dari PDI Perjuangan,” ujarnya.

Ia menyebutkan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai teladan paling konkret bagaimana santri mampu memimpin bangsa dengan visi kebangsaan dan nilai kemanusiaan universal.

“Gus Dur adalah bukti hidup bahwa santri bukan hanya penjaga tradisi, tapi juga pelopor peradaban. Ia membawa Islam yang ramah, bukan marah,” bebernya.

Di akhir pesannya pada Hari Santri Nasional, ia menekankan, bahwa santri merupakan representasi Islam yang terbuka, toleran, dan mencintai kemanusiaan.

“Menjadi santri bukan sekadar identitas, tapi tanggung jawab moral. Di pundak santri, masyarakat melihat wajah Islam yang rahmatan lil alamin,” pungkasnya. (EM)

*

Tinggalkan Balasan