SUMENEP, Seputar Jatim – Banjir bukan lagi sekadar peristiwa musiman yang terjadi di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, dalam beberapa tahun terakhir.
Bahkan, genangan air bisa melumpuhkan akses transportasi, merusak fasilitas umum, sampai merembet ke permukiman.
Kondisi ini mendorong Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Kabupaten Sumenep, untuk menyusun riset strategis sebagai fondasi penanganan banjir berbasis sains dan kebijakan.
Sekretaris BRIDA Sumenep, Abd. Kahir, mengaku bahwa pihaknya telah menyiapkan desain awal riset penanganan banjir.
Riset ini, kata dia, tidak hanya akan melihat dari aspek teknis konstruksi, tetapi juga sosial-ekologis.
“Kami sudah memulai dengan rapat internal dan koordinasi awal bersama Dinas PUTR. Kerangka riset sudah dalam tahap penyusunan,” katanya, Senin (9/6/2025).
Lanjut ia menegaskan, bahwa pelaksanaan riset dijadwalkan pada September atau Oktober 2025 mendatang.
Tak hanya itu, BRIDA juga berencana menggandeng perguruan tinggi dengan kompetensi multidisiplin, khususnya dalam bidang teknik sipil, hidrologi, dan tata ruang wilayah.
“Banjir di Sumenep tidak bisa semata-mata ditangani dengan pelebaran saluran atau pengerukan sungai. Ada banyak faktor yang saling berkelindan baik perubahan tata guna lahan, sedimentasi sungai, perencanaan permukiman yang tidak berbasis risiko bencana, hingga lemahnya kesadaran kolektif masyarakat terhadap pentingnya resapan air,” tegasnya.
Ia pun ingin membongkar semua variabel yang memicu banjir. Ini bukan soal teknis semata, tapi juga soal kebijakan masa lalu dan desain ruang yang abai terhadap risiko bencana.
Riset ini, lanjut dia, akan menghasilkan rekomendasi kebijakan atau policy brief yang bersifat aplikatif.
“Hasilnya akan dikonsolidasikan bersama OPD teknis seperti PUTR, BPBD, DLH, hingga Bappeda, agar bisa menjadi acuan dalam pengambilan keputusan jangka menengah maupun panjang,” tukasnya.
Sementara itu, Anggota Komisi I DPRD Sumenep, Hairul Anwar, menilai penanganan banjir selama ini cenderung reaktif dan jangka pendek.
“BRIDA itu sangat strategis untuk melakukan riset yang mendalam, sekaligus memberikan masukan ke Pemerintah Daerah agar lahir peta jalan (road map) penanganan banjir,” ujarnya.
Menurutnya, sudah saatnya Pemerintah Kabupaten Sumenep bergerak dengan pendekatan sistemik dan ilmiah. Penelitian yang menyentuh akar masalah dari hulu hingga hilir, menurutnya, adalah satu-satunya jalan keluar dari krisis yang berulang ini. (Sand/EM)
*