SUMENEP, seputarjatim.com–Safari kepulauan yang dikemas kunjungan kerja (Kunker) Bupati Sumenep Achmad Fauzi bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) serta Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) setempat memakan anggaran cukup fantastis, yakni hingga capai sekitar Rp1 Miliar untuk sewa kapal dan makan minum (Mamin).
Diketahui dalam safari Bupati Sumenep tersebut ada lima titik lokasi yang akan dikunjungi fauzi, Mulai Kecamatan Sapeken, Kangayan, Arjasa dan Raas yang dimulai dari tanggal 2-6 Juni 2022.
Safari Bupati Sumenep dari politisi PDI-Perjuangan ini berangkat pada Kamis sore (2/6) dan dijadwalkan pulang tiba di Pelabuhan Kalianget daratan Senin (6/6) sekitar pukul 04.00 WIB menggunakan armada kapal DBS III milik Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) setempat sebagai pemenang tender hasil lelang belanja jasa operator kapal pagu Rp.633.000.000 dengan harga negosiasi Rp.608.000.000.
Maklum saja kendati BUMD PT Sumekar yang sempat dinilai koleb karena tidak mampu bayar gaji karyawan muncul sebagai pemenang tender bernomenklatur belanja jasa operator dengan leading sektor Sekretariat Daerah Bagian Pembangunan Sub. Kegiatan Pengendalian dan Evaluasi Program Pembangunan Pemkab Sumenep sebab peserta tender yang lain tidak melakukan penawaran.
Kepala Bagian (Kabag) Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Sumenep, Joko Satrio, melalui Imam Anshori selaku Koordinator Subbagian Pengendalian dan Evaluasi Program mengaku dalam safari Bupati Sumenep ini menyiapkan anggaran dari berangkat sampai pulang.
Rinciannya, sekitar 600 juta lebih khusus kapal dan 300 jutanya untuk yang didalamnya ada makan dan minum (Mamin). Jadi dapat dikatakan, dalam kegiatan safari Bupati Sumenep para penjamu dari kelima titik lokasi kecamatan yang akan disinggahi itu tidak dibebani anggaran apapun.
“Menyiapkan anggaran ini (Safari Bupati Sumenep bersama rombongan, red) dari berangkat sampai pulang. Ada Mamin, sekitar 300 jutaan,” terangnya saat ditemui sejumlah awak media, (2/6).
Imam menyebutkan, safari kegiatan kunker Bupati Sumenep yang dilakukan saat ini dengan anggaran yang fantastis itu merupakan momen kunker Bupati Achmad Fauzi yang perdana dalam skala besar pasca pandemi COVID-19.
“Kegiatan (Safari Bupati ini, red) untuk mengetahui kondisi rakyat kepulauan baik pembangunan dan kultur yang ada di kepulauan yang kedua serap aspirasi dari masyarakat kepulauan. Dan ini momen pak Bupati untuk safari ke Kepulauan yang pertama kalinya dalam skala besar,” Pungkasnya.
Kunjungan kerja yang dikemas dengan nama Safari Kepulauan yang dilakukan Bupati Sumenep, Achmad Fauzi bersama Forkopimda beserta Kepala OPD, menuai sorotan sejumlah kalangan karena dinilai hanya menghambur-hamburkan uang negara. Seperti Tokoh Masyarakat Sumenep, Asiz Salim Sabibi, menilai bahwa agenda Safari Kepulauan itu tidak efektif. Sehingga, lebih kepada buang-buang anggaran daripada menuntaskan misinya membangun kepulauan.
“Kan baru tahun kemarin, kunjungan ke kepulauan dengan menggunakan pesawat. Kok, sekarang masih Kunker lagi dengan melakukan Safari Kepulauan, yang menghabiskan ratusan juta bahkan hampir Rp 1 miliar. Dan itu, dilakukan selama 4 hari atau 2 hinga 6 Mei 2022). Kenapa anggaran itu tidak digunakan untuk membangun infrastruktur kepulauan? Atau, untuk membantu kesulitan ekonomi masyarakat. Kok malah dibuat jalan-jalan dengan membawa rombongan yang besar,” terangnya.
Menurutnya, bupati bisa saja melakukan Inspeksi Mendadak (sidak), kunjungan dan lain-lain ke pulau dengan enam kecamatan yakni Sapeken, Paliat, Ra’as, dan Goa-goa, dengan membawa segelintir orang saja. Cukup naik pesawat, kan tidak makan anggaran besar. Ini lebih efektif dari pada bawa rombongan besar, yang nota bene makan anggaran besar juga.
Pertimbangannya, lanjut Asiz, kalau datang ke kepulauan dengan ditemani segelintir orang, ini lebih efektif. Sebab, tidak butuh akomodasi logistik dan sewa kapal segala untuk berangkat ke kepulauan. Kalau bisa efisien anggaran dan efektif kinerjanya, kenapa harus boros.
“Coba akomodasinya berapa untuk kebutuhan makan minum (Mamin) dan lain-lain. Informasinya, untuk akomodasi saja mencapai sekitar Rp 300 jutaan. Sedangkan kebutuhan sewa kapal mencapai sekitar Rp 630 jutaan. Artinya, sekali datang ke kepulauan, sudah hampir Rp 1 miliar, yang terbuang. Bagaimana kalau setiap tahun agenda besar Safari Kepulauan, digelar? Berapa anggaran yang dihabiskan?” sindirnya.(Bam)