“Kami orang Sumenep. Ini hari jadi kota kami. Masa sesulit ini kami menikmati pesta kami”
SUMENEP, seputarjatim.com– Peringatan puncak hari jadi Sumenep ke-750 yang digelar didepan Masjid Jamik, Minggu malam, 27/10/2019, menuai kritik sejumlah kalangan. Seluruh pertunjukan yang disuguhkan dalam peringatan hari jadi ini nyaris tak dapat dinikmati masyarakat umum. Penataan panggung tamu yang sangat tinggi, ditambah pagar besi yang mengelilingi zona pertunjukan, membuat warga yang datang ke lokasi tidak dapat menyaksikan jalannya acara.
“Gimana mau nonton, ini di belakang panggung ditutup tirai hitam tinggi. Saya bawa anak kecil, niatnya mau lihat pertunjukan tari tradisional. Ya terpaksa ini berdiri di belakang panggung, sambil ngintip dari bawah jeruji” ujar Hani, warga Kota Sumenep dengan nada kesal.
Sementara itu di titik lain, tepatnya didepan gerbang masjid jamik, tampak beberapa orang tua terpaksa memanggul anak mereka agar dapat melihat acara yang disuguhkan.
“Kami orang Sumenep, ini hari jadi kota kami, masa ya sesulit ini kami menikmati pesta kami. Penonton ini datang dari mana-mana, dari pelosok desa juga banyak. Kan kasihan kalau disini gak bisa nonton,” terang Dayat, warga Desa Kolor, Sumenep.
Kritik yang sama juga disampaikan Husin Satriawan, Ketua Takmir Majid Jamik Sumenep. Menurutnya, sangat ironis bila pesta hari jadi justru tidak dapat dinikmati warga Kota Sumenep.
“Itu yang duduk kan hanya pejabat-pejabat saja. Lha ini yang berdesakan di pagar-pagar ini gimana, orang datang mau lihat sulitnya bukan main,” kata Husin.
Husin meminta agar dilakukan evaluasi pelaksanaan peringatan hari jadi Kota Sumenep, agar di tahun-tahun mendatang dapat digelar lebih menarik dan dapat dinikmati masyarakat luas.
“Jangan eksklusif lah. Yang terbuka saja. Biar semuanya berpesta. Kami saja dari Masjid Jamik mendukung gelaran ini. itu pintu masjid kami buka lebar-lebar bagi warga. Warga yang dari jauh barangkali akanshalat, duduk sejenak, kami persilahkan,” pungkasnya. (feb/red)