SUMENEP, Seputar Jatim – Sebelum melakukan Tradisi Nyadar, ribuan masyarakat rebutan masuk untuk melakukan nyalase (ziarah) ke makam Syeh Anggasuto.
“Itu termasuk hal biasa, mereka sama-sama berebut barokah dengan bisa masuk lebih dulu, dan hal itu bukanlah bagian dari adat, namun hanya sebatas bawaan dalam perjalanan adat dari generasi ke generasi,” kata, Pemerhati Tradisi Nyadar, Suhrawi. Sabtu (20/07/2024)
Ketika sudah ada di dalam Asta, sambung dia, warga kemudian diberi air minum dan bedak lalongsoran, dioleskan di beberapa bagian tubuh masyarakat, seperti di muka, leher dan lengan.
“Masyarakat meyakini bahwa air minum dan bedak tesebut dapat mendatangkan barokah dan manfaat. Seperti dijauhkan dari penyakit, menolak petaka, serta dapat mempermudah usaha yang akan dijalaninya dalam hal ini garam,” ungkapnya.
Lanjut Ia menegaskan, tradisi ini menjadi warisan nenek moyang yang harus dijaga dan dilestarikan. Hal ini menjadi kekayaan tradisi yang sangat berharga bagi masyarakat sekitar.
“Maka daripada itu, dari segi proses dan lainnya masih tidak ada yang bergeser atau bahkan ditinggalkan, dalam artian proses ini masih seperti sejak awal mula hingga sekarang, karena kerabat dan pemangku adat ini masih sangat kuat atau kental dengan tradisi-tradisi jaman dulu,” ujarnya.
Untuk diketahui, Upacara Nyadar akan dimulai para ketua atau pemangku adat, juru kunci asta, pinisepuh, dan tokoh masyarakat. Upacara ini terdiri dari tiga kegiatan, yakni pengumpulan kembang tujuh rupa, lalu dilanjutkan dengan nyekar ke kuburan, lalu doa bersama.
Ada juga proses menyantap makanan yang dibawa. Makanan tersebut terdiri dari nasi putih, lauk telur, ayam, dan tongkol. Biasanya masyarakat tidak akan menghabiskan namun juga membawanya pulang.***