“Kami ini bukan asal ngebut. Kecepatan tinggi yang kami pacu di jalanan itu beralasan. Kami terobos lampu merah karena penting. Kami hanya berpikir menyelamatkan nyawa”
( Sopir Ambulance )
SUMENEP, seputarjatim.com– Kesibukan terlihat di Ambulance Center, RSUD dr. Mohammad Anwar, Sumenep, Jawa Timur, Rabu sore, 16/10/2019. Sejumlah sopir ambulan tampak hilir mudik di sekitar bangunan bercat hijau itu. Ada yang mengecek kondisi mesin ambulan, memeriksa kesiapan alat medis didalamnya, memeriksa kembangan angin ban, ada pula yang mencuci mobil berwarna identik putih itu.
“Ya beginilah tugas kami. Semua ambulan yang standby di Ambulance Center RSUD dr. Mohammad Anwar harus siap kapanpun dibutuhkan,” tegas Adnan, kepala Ambulance Center membuka percakapan.
Saat ini mobil ambulan yang tersedia di RSUD dr. Mohammad Anwar berjumlah 9 unit. Mobil-mobil inilah yang setiap harinya bertugas mengantar pasien rujukan dari Sumenep ke Rumah Sakit di Surabaya, atau kota lainnya di Jawa Timur.
“Mobil ambulan disini 4 diantaranya keluaran terbaru, 5 lainnya keluaraan tahun 2010-an. Alhamdulillah semua mobil kondisinya layak jalan,” imbuh Adnan kepada seputarjatim.com.
Menjadi Sopir Ambulance menurut Adnan tak banyak diminati orang. Stigma di masyarakat menganggap ambulan adalah mobil duka. Beralasan, karena selama ini penumpang mobil ambulan adalah mereka yang sedang sakit. Selain itu, mobil ambulan juga dikenal masyarakat sebagai kendaraan pengangkut jenazah.
“Ya karena alasan ini, menjadi sopir ambulan tidak begitu disukai orang,” katanya.
Saat ini ada 15 sopir ambulan yang bertugas di Ambulance Center RSUD dr. Mohammad Anwar Sumenep. Mereka bekerja dibagi 3 shift, pagi-siang dan malam. Para sopir menurut Adnan dituntut mampu mengatasi segala hal. Tidak hanya urusan mengendarai mobil dalam kecepatan tinggi. Setiap sopir juga harus ikut andil dan membantu upaya kegawatdaruratan yang terjadi.
“Kami ini harus sinergi dengan dokter dan perawat yang ada di ambulan. Ibarat sebuah tim. Setiap 5 atau 10 menit saya melihat ke spion tengah untuk tahu kondisi pasien yang saya antar. Saya lihat dokter dan perawatnya juga. Selain itu saya juga fokus pada tugas utama mengantar pasien ke rumah sakit rujukan. Kencang mas kalau ambulan itu. Didalam kota standar kecepatan rata-rata 100 sampai 120 KM/jam, kalau di tol bisa lebih, sekitar 140 KM/jam,” terang Adnan.
Menjadi sopir ambulan juga memiliki suka duka. Menurut Adnan, “suka” bagi sopir ambulan adalah dapat mengantar pasien secara cepat, aman dan selamat. Setiap sopir ambulan menurutnya pasti merasa lega saat pasien yang diantarnya dapat segera mendapat pertolongan medis penting yang dibutuhkan.
Sisi duka juga kental dengan profesi ini. “Yang paling sedih ketika bertugas mengantarkan jenazah ke sebuah desa. Saat itu mobil yang saya sopiri menjadi pusat perhatian orang-orang di sepanjang jalan. Wajah duka menatap mobil yang saya sopiri. Tangisan, ratapan, panggilan nama, membuat hati saya sebagai orang yang mengantarkan jenazah ikut terenyuh. Saya sering terduduk di rumah duka. Ikut mendoakan sejenak. Kami ini punya hati, dan ikut merasakan duka itu,” ujar Adnan sambil memandang jauh deretan mobil ambulan yang terparkir.
Sopir Ambulance : Terima Kasih, Memberi Kami Jalan!
Dalam undang undang lalu lintas, mobil ambulan menjadi salah satu kendaraan yang memiliki keistimewaan dibanding kendaraan jenis lainnya. Menurut Adnan, tingkat kedaruratan yang ada pada mobil ambulan lebih tinggi dari segalanya.
“Kami lebih didahulukan dari mobil Pemadam Kebakaran, Pengawalan Pejabat Negara, atau iring-iringan kendaraan lain. Kami ini bukan asal ngebut. Kecepatan tinggi yang kami pacu di jalanan itu beralasan. Kami terobos lampu merah karena itu penting. Kami para sopir, dan kru dokter dan perawat didalam mobil ambulan hanya berpikir untuk menyelamatkan nyawa. Mereka yang sakit itu saudara kita juga dan harus segera mendapatkan pertolongan,” terang Adnan.
Saat ini untuk memperlancar aktifitas ambulan, sejumlah pemuda yang tergabung dalam Indonesian Escorting Ambulance (IEA) Sumenep ikut bergabung dan standby di pool Ambulance Center RSUD dr. Mohammad Anwar Sumenep. Alan, salah satu anggota IEA mengaku terpanggil untuk peduli pada pengawalan aktifitas mobil ambulan.
“Walaupun sudah jelas diprioritaskan, kadang di jalan itu berbeda. Banyak mobil-mobil pribadi yang tidak mau mengalah dengan ambulan. Saat ambulan berusaha menyalip, tidak diberi jalan, itu salah. Kita bantu mengawal ambulan. Di jalan kita acungkan jempol bagi mereka yang sadar lalu lintas,” ujar Alan di lokasi.
Di akhir perbincangan, Adnan mewakili para sopir ambulan berpesan. Sikap mengalah untuk ambulan adalah pahala. Jalan yang dibukakan untuk ambulan adalah amal baik. Terima kasih: memberi kami jalan! (rin/red)