SUMENEP, seputarjatim.com– Pasar menjadi penggerak ekonomi masyarakat di berbagai daerah. Pasar juga menjadi pusat interaksi permintaan dan penawaran baik berupa barang dan jasa. Di Pulau Madura, khususnya di Sumenep, daya tarik terhadap pasar tradisional masih tinggi dibandingkan pasar modern.
Kondisi ini dipicu oleh persaingan harga yang terpaut jauh. Pasar tradisional memiliki harga lebih murah dibanding pasar modern. Akan tetapi, tumbuhnya pasar-pasar modern tak terhindarkan. Mereka yang memilih pasar modern beralasan, belanja di pasar modern lebih praktis, kondisi bangunan pasar yang tertata, tidak kotor dan becek.
Tentu kedua tipe pasar baik tradisional dan modern ini mempunyai kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Untuk menciptakan sinkronisasi antara keduanya, perlu adanya campur tangan pemerintah daerah.

Kabupaten Sumenep kini tengah gencar melakukan revitalisasi pasar. Langkah ini sebagai upaya membangun perekonomian masyarakat, dan mempertahankan eksistensi pasar tradisional.
“Dalam setahun terakhir kita sudah lakukan revitalisasi pasar tradisional. Pemerintah daerah membangun ulang pasar-pasar yang bangunannya sudah kurang layak. Tujuannya agar perekonomian di Desa dan Kecamatan makin berkembang,” terang Achmad Fauzi, Wakil Bupati Sumenep saat diwawancara wartawan, Sabtu, 21/09/2019.

Implementasi kebijakan revitalisasi diarahkan untuk mengadopsi manajemen pasar modern. Dilihat dari citra pasar tradisional yang kumuh, diharapkan dengan revitalisasi ini pasar tradisional menjadi lebih representatif, lebih bersih, parkir pengunjung tertata, lokasi lapak penjual yang lebih tertata, dan nantinya akan memberikan dampak tingkat kunjungan masyarakat.
Menurut Fauzi yang juga politisi PDI Perjuangan ini, pemerintah juga terus mengkaji pola zonasi pasar tradisional dan pasar modern. Pasar modern seperti minimarket dan supermarket, harus dibangun terpisah agar keberadaan pasar tradisional tetap terjaga.(far/red)