News

Buat Sreng untuk Penuhi Ekonomi Keluarganya, Warga Difabel Asal Rubaru Berujung di Jeruji Besi

×

Buat Sreng untuk Penuhi Ekonomi Keluarganya, Warga Difabel Asal Rubaru Berujung di Jeruji Besi

Sebarkan artikel ini
20250304 142308 scaled
SEDIH: Pria dengan kebutuhan khusus atau difabel berinisial AT (38) warga Desa Pakondang, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep, usai diamankan pihak kepolisian diduga membuat sreng (Doc. Seputar Jatim)

SUMENEP, Seputar Jatim – Nasib sial dialami oleh seorang pria dengan kebutuhan khusus atau difabel berinisial AT (38) warga Desa Pakondang, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.

Niat hati untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, malah berujung dijeruji besi di Mapolres Sumenep.

Pria dengan kebutuhan khusus itu dengan status ekonomi yang sangat terbatas, diamankan oleh Satreskrim Polres Sumenep pada Jumat (28/2) kemarinm. Dia (AT) diduga membuat handak sejenis petasan yang harga satuannya hanya Rp1 ribu rupiah.

Warga sekitar, Ahmad Zaini mengungkapkan, bahwa tersangka AT, dulu memang pernah membuat handak atau ‘sreng‘, tetapi sudah bertahun-tahun lamanya tidak memproduksi.

Dia pun, kata Zaini, tidak banyak membuat handak, hanya ketika menerima pesanan saja dengan kapasitas paling besar 50 buah, yang harganya Rp50 ribu.

Baca Juga :  Jaga Stabilitas Harga Bahan Pokok, Pemkab Sumenep Lakukan Operasi Pasar Murah

Lelaki dengan dua anak itu sebetulnya, kata dia, terpaksa melakukan hal itu dikarenakan harus memenuhi kebutuhan keluarganya.

Ditengah segala keterbatasan fisik atau difabel tidak banyak yang bisa dikerjakan untuk mendapatkan pemasukan.

“Sudah lama tidak melakukan itu, baru beberapa hari ini infonya ada yang memaksa memesan untuk dibikinin,” ungkapnya, saat ditemui media seputar jatim, Selasa (4/3/2025).

Selama ini pasca berhenti AT, sehari-harinya berprofesi sebagai petani. Ia menanam cabe hidroponik menggunakan paralon di pekarangan rumahnya lahannya pun sangat terbatas.

Saat penangkapan, Zaini dan warga sekitar mengaku heran dan kaget karena tetangganya itu diamankan oleh Polres Sumenep.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, AT kembali membuat handak atau sreng ketika ada seorang warga Kecamatan Manding berinisial SE yang memaksa untuk dibikinin petasan meskipun sebelumnya ditolak oleh tersangka.

Dalam kondisi ekonomi yang pas-pasan dan menjelang puasa Ramadhan AT akhirnya menyanggupi pesanan tersebut, yang jumlahnya sekitar 40 buah dan tidak ada kendala apapun, hal itu berlanjut ke pesanan kedua kalinya.

Naas, pasca pesanan kedua kalinya yang jumlahnya lebih kecil itu, AT ditangkap Satreskrim Polres Sumenep.

Lanjut dia menjelaskan, bahwa peristiwa ini menimbulkan banyak kejanggalan oleh warga sekitar setelah rilis resmi yang dikeluarkan oleh Polres Sumenep.

Baca Juga :  BRIDA Sumenep Lakukan Moniv di Tiga Puskesmas Daratan

Salah satunya, kata Zaini, terkait barang bukti, berdasarkan sepengetahuannya dirumah AT tidak ada handak atau sreng karena sudah dijual ke SE.

Yang tersisa, hanyalah bahan dasar pembuatan. Tapi dalam barang bukti yang dirilis oleh penyidik terdapat, 100 buah sreng dor.

Maka dengan hal ini, kata dia, menimbulkan tanda tanya dari mana barang bukti sebanyak itu diamankan oleh penyidik Polres Sumenep.

“Sepengetahuan saya dan warga dirumah AT (38), sudah tidak ada sreng dor sudah terjual ke pemesan yang berinisial SE warga Manding itu,” jelasnya.

Kejanggalan lainnya, pemesan sreng berinisial SE itu tidak ikut diamankan oleh Satreskrim Polres Sumenep.

Hal ini menimbulkan banyak spekulasi dikalangan warga sekitar, banyak yang menduga jika AT, sengaja dijadikan korban oleh SE, sejak awal pemesan ini sangat aneh dari gayanya yang sangat memaksa.

Terlepas dari itu, dengan kondisi ekonomi terjepit fisik yang terbatas hanya untuk pendapatan yang nominalnya tidak sampai Rp 100 ribu AT, harus rela meninggalkan dua orang anak dan istrinya karena harus berhadapan dengan hukum.

Penyidik dalam rilis resminya menjerat AT (38) dengan pasal 1 ayat (1) dan (3) UU Darurat RI Nomor 12 Tahun 1951 tentang handak dengan ancaman 12 tahun penjara dan maksimal seumur hidup. (EM)

*

Tinggalkan Balasan