SUMENEP, Seputar Jatim – Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kabupaten Sumenep, Madura, Jaw Timur, tengah menjalani transformasi mendasar.
Lembaga yang selama ini lebih dikenal masyarakat sebagai tempat mengurus kartu kuning atau AK1, perlahan bakal mengubah citranya menjadi institusi strategis dalam menciptakan lapangan kerja dan menurunkan angka pengangguran.
Diketahui, sejak awal tahun 2024 hingga Maret 2025, sebanyak 539 orang telah mengajukan AK1. Rinciannya, 490 pemohon tercatat sepanjang 2024, dan 49 lainnya di awal 2025.
Namun bagi Disnaker, angka itu bukan sekadar data administratif. Mereka akan menjadikannya sebagai bahan dasar untuk menyusun strategi pengurangan pengangguran di daerah.
“AK1 ini hanya langkah awal. Kami tidak ingin berhenti hanya pada proses pendaftaran. Tugas kami adalah membuka jalan menuju lapangan kerja yang nyata,” kata Pejabat yang Membidangi Penempatan Kerja di Disnaker Sumenep, Eko Kurniawan. Selasa (15/4/2025).
Sadar akan pentingnya konektivitas, lanjut dia, Disnaker mulai aktif menjalin kerja sama dengan berbagai perusahaan, dari skala lokal hingga nasional.
Tak berhenti di situ, ia juga menggandeng Bursa Kerja Khusus (BKK) di sejumlah sekolah kejuruan untuk memperluas akses informasi bagi siswa dan lulusan baru.
“Kami dorong perusahaan untuk melaporkan info lowongan kerja ke kami. Bukan untuk mengontrol, tapi agar infonya bisa cepat menyebar ke masyarakat, termasuk lewat kanal digital yang kami kelola,” jelasnya.
Salah satu langkah penting yang juga sedang dikuatkan adalah keakuratan data pencari kerja. Setiap pengajuan AK1 diwajibkan melalui proses validasi, sehingga profil pencari kerja bisa lebih terpetakan.
Dengan begitu, kebutuhan tenaga kerja bisa dilaporkan ke tingkat provinsi dan nasional secara lebih tepat.
“Kalau datanya rapi dan jelas, maka perencanaan tenaga kerja juga bisa lebih tajam. Ini jadi bagian dari kontribusi kami untuk menekan pengangguran terbuka,” bebernya.
Menariknya, sebagian besar pemohon AK1 berasal dari usia produktif dan lebih memilih bekerja di sektor industri lokal.
Lanjut iaa menegaskan, tren ini menunjukkan bahwa masyarakat mulai realistis dan tidak lagi terpaku pada impian kerja di kota besar atau luar negeri.
” Bahkan Disnaker juga terlibat aktif dalam membantu sekolah menengah kejuruan, baik negeri maupun swasta, dalam penyusunan program sertifikasi kerja,” tegasnya.
Menurutnya, kolaborasi ini bertujuan agar lulusan SMK tidak hanya siap secara akademik, tetapi juga punya nilai tambah saat bersaing di pasar kerja.
“Sekolah-sekolah ini punya semangat, tapi kadang kesulitan membangun relasi dengan perusahaan besar. Nah, kami masuk di situ. Kami punya koneksi, bahkan hubungan personal dengan pelaku industri,” ucapnya.
Lebih lanjut, Eko menambahlan, melalui pendekatan yang menyeluruh dari pencatatan, validasi, pendampingan sekolah, hingga perluasan jaringan dengan dunia usaha.
Sementara, Disnaker Sumenep tetap menunjukkan komitmennya untuk menjadi penghubung konkret antara pencari kerja dan lapangan kerja.
Sebagai bagian dari rencana besar itu, Disnaker juga sedang mempersiapkan event Sumenep Job Fair yang dijadwalkan berlangsung pada September 2025.
Acara tersebut diharapkan dapat mempertemukan pencari kerja dengan perusahaan secara langsung dalam satu tempat.
“Yang kami kerjakan bukan sekadar mencatat angka. Ini soal membantu masa depan masyarakat Sumenep. Kami ingin tetap bergerak dan menjadi bagian dari solusi,” pungkasnya. (Sand/EM)
*