Musuh Pengecut Jenderal Sakera
Oleh Fauzi As
Dia hanya setan kecil yang mencoba mengirimkan kesedihan. Dia berharap Sakera bersedih. Dengan begitu, kobaran api semangat Sakera akan padam, meredakan tekad dan membekukan jiwa prajuritnya.
Pangdam V Barawijaya Mayor Jenderal TNI Farid Makruf, M.A. belakangan ini di gelitik oleh setan kecil yang membuat akun bodong. Video yang berisi fitnah itu seketika membuat mata dan telinga sayapun menjadi gatal. Mengapa tidak, jenderal kebanggaan masyarakat Madura ini diserang dengan cara yang sangat keji melalui video yang berisi narasi sampah.
Video tersebut kemudian diunggah di sosial media. Seketika menyebar dijagat maya. Saya berkeyakinan orang yang menfitnah dan menyebar hoax ini sangat jauh dari sikap ksatria. Caranya sangat kotor, mengendap dalam busuknya comberan dunia maya.
Mungkin dia belum membaca bagaimana nenek moyang orang Madura. Mereka bertahan hidup dalam sengitnya badai dan gelombang, _”abantal ombak asapo’ angin”._
Seperti nenek moyangnya, Jenderal Farid lahir di tanah ini, di alam Madura yang gersang. Tanah yang tidak menumbuhkan pepohonan lemah dan mudah layu. Perempuan Madura tidak melahirkan bayi-bayi penakut. Kami sudah terbiasa bertarung dengan setan-setan penunggu lautan. Di tanah ini juga lahir para pejuang dan pahlawan.
Dari Madura kami sampaikan salam, pada setan kecil itu. “Hai pengecut !!! apapun identitasmu, atau jika identitasmu pengusaha, latihlah matamu untuk berani menatap mata musuhmu, agar kamu tahu makna dibalik Falsafah kami. _Ango’an Pote Tolang Etembang Pote Mata_” (Lebih baik putih tulang daripada putih mata, red.)
Dengan diviralkannya konten bodong tersebut, kami masyarakat Madura mendorong agar Pangdam Farid bersinergi dengan Polri dalam hal ini Kapolda Jatim untuk segera menangkap dan mengusut tuntas setan kecil penyebar fitnah itu.
Ini bukan sekedar pembelaan harga diri Jenderal Farid atau Jenderal Sakera. Ini tentang marwah TNI sebagai institusi negara. Ini tentang TNI sebagai anak kandung rakyat. Jangan sampai benteng terakhir pertahanan negara diinjak-injak oleh bandit medsos yang bersembunyi di balik wajah pengecutnya.
Sampah yang diupload di tiktok itu sengaja dipoles untuk mengelabuhi mata yang melihatnya. Sengaja menggunakan narasi-narasi yang yang lekat dengan TNI, agar terkesan serangan dan kekacauan ini telah terjadi dari dalam TNI sendiri.
Narasi yang menyesatkan seolah menduplikasi cerita dalam sejarah bahwa Sakera jatuh akibat di khianati teman seperguruannya.
Dia lupa, Jendral Farid adalah nalayan Madura, ia tidak perlu menggunakan kompas untuk membaca arah angin. Bahkan, lautan media sosialpun tak mampu menyesatkannya.
Pengecut itu telah menabuh gendang yang terbuat dari kulit buaya. Dia pikir bunyinya akan nyaring. Padahal dia sedang melukai dan membuat hancur tangannya sendiri.
Begitu sedikit tulisan yang berisi dukungan untuk Pangdam V Brawijaya. Semangat mengabdi Jenderal tetap gaspool melawan setan-setan yang menjadi hamba dari Tuannya. Sebagai penutup, ijinkan saya menulis sebuah pantun.
“Pohon tinggi tertiup angin, kapal besar hempas gelombang. Konsekuensi jadi pemimpin, tak bisa lepas dari pecundang.”
Sumenep 8 November 2023.