Opini

Refleksi 57 Tahun KOPRI Membangun Negeri: Kader Putri Harus Cendikia

26
×

Refleksi 57 Tahun KOPRI Membangun Negeri: Kader Putri Harus Cendikia

Sebarkan artikel ini
IMG 20241128 WA0126
Ketua Kopri PMII Jember, Isna Asaroh

SEPUTAR JATIM – Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (KOPRI) merupakan sayap organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang berfokus pada ranah pengembangan, pemberdayaan, dan peningkatan mutu, kualitas atau kapasitas mahasiswa perempuan yang tergabung sebagai anggota dan kader dalam organisasi PMII.

Selain itu, KOPRI juga secara aktif dan massif melakukan berbagai kegiatan advokasi (pengawalan) terhadap isu-isu berkenaan dengan gender dan perempuan di berbagai forum baik tingkat local (regional), nasional, bahkan Internasional. Sehingga secara singkat KOPRI telah memberikan kontribusi dalam hal kaderisasi (pemberdayaan perempuan) dan advokasi (menyeruakan keadilan utamanya tentang Gender) kepada masyarakat secara luas, dan terkhusus di intern PMII.

Hal tersebut sejalan dengan tujuan awal didirikannya organisasi yang lahir pada 25 November 1967 tersebut, yaitu sebagai respons terhadap kebutuhan akan wadah yang secara formal bisa menampung aspirasi, gagasan, dan ide kaum perempuan di lingkungan PMII.

Dilain sisi, KOPRI didirikan dengan tujuan untuk memperkuat peran dan kontribusi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan baik dalam aspek Pendidikan, social, budaya, politik, dan ekonomi. Lebih lanjut, pembentukan KOPRI juga merupakan hasil dari kesadaran kolektif akan pentingnya kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan ditengah arus globalisasi dan industrialisasi saat itu.

Sejak didirikannya, KOPRI telah berperan melakukan berbagai upaya advokasi untuk menyuarakan hak-hak perempuan dengan visi menciptakan masyarakat yang adil dan setara berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan. Visi kemanusiaan tersebut kemudian mencoba di realisasikan dengan berbagai misi diantaranya; mengideologisasikan nilai keadilan gender, mengakomodasi gerakan perempuan di PMII, serta mendorong partisipasi aktif perempuan dalam berbagai aspek kehidupan sosial dan politik.

Maka secara jelas KOPRI telah berkomitmen menjadi motor penggerak bagi perubahan sosial yang lebih besar, terutama dalam menciptakan masyarakat yang berkeadilan gender dan dalam konteks pemberdayaan perempuan di Indonesia.

Sebagaimana kehidupan manusia yang penuh dengan tantangan, begitupun dengan sepanjang perjalanan kelembagaan yang dilalui oleh KOPRI. Tantangan yang paling fundament yang dilalui oleh KOPRI ialah stigma social dan hambatan structural yang menghalangi partisipasi perempuan dalam berbagai sector. Hal tersebut merupakan imbas dari kultur patriarki yang masih dominan dalam masyarakat Indonesia.

Pandangan patriarki telah membawa stereotip gender dan norma sosial yang kerap menghambat perempuan untuk mengambil posisi kepemimpinan dan berpartisipasi secara aktif dalam pengambilan keputusan. KOPRI berusaha membongkar hambatan tersebut dengan semangat dan dedikasi nyata. Sehingga saat ini KOPRI telah berhasil mencetak berbagai kader perempuan yang memiliki kompetensi serta berpengaruh di berbagai bidang. Hal tersebut ditunjukkan dengan beberapa prestasi yang diraih oleh KOPRI yang diantaranya ialah peningkatan representasi perempuan di struktur organisasi dan keterlibatan aktif kader perempuan dalam gerakan social yang memperjuangkan keadilan gender ataupun berbagai kegiatan di ruang public lainnya.

Tantangan lainnya yaitu internalisasi kesadaran gender di kalangan anggota PMII, baik laki-laki maupun perempuan dirasa masih kurang maksimal. Banyak anggota yang belum sepenuhnya memahami pentingnya kesetaraan gender sebagai fondasi keadilan social.

Dari hal tersebut, maka kedepan diperlukan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan pemahaman soal gender kepada seluruh anggota dan kader PMII. Lebih lanjut, tantangan yang dihadapi oleh KOPRI juga menyoal krisis budaya membaca di kalangan kader PMII dan KOPRI yang sangat rendah.

Rendahnya minat baca dapat menghambat pengembangan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan oleh anggota dan kader untuk beradaptasi dengan perubahan zaman, serta dapat memperlemah posisi perempuan dalam diskusi publik dan pengambilan keputusan. Tantangan lain adalah pengembangan kaderisasi yang efektif. KOPRI perlu merumuskan strategi kaderisasi yang tidak hanya fokus pada kuantitas tetapi juga kualitas, agar dapat menghasilkan pemimpin perempuan yang kompeten dan siap menghadapi tantangan zaman hari ini.

Terlepas dari tantangan yang dihadapi oleh KOPRI, sebagai bagian dari PMII, KOPRI harus terus berkembang dan beradaptasi dengan dinamika aman yang ada. Dengan keteguhannya, KOPRI harus tetap berkomitmen memegang nilai-nilai luhur kemanusian sesuai garis keislaman (Aswaja An-Nahdliyah) dan ke-Indonesiaan (UUD 1945 dan Pancasila).

Dengan pola organisasi baik secara kepemimpinan ataupun managerial yang inspiratif, memiliki visi kuat, dan langkah yang progressif, kedepan KOPRI akan terus memiliki kemampuan menjawab berbagai tantangan aman dan dapat terus berkontribusi bagi kemajuan bangsa utamanya bagi kemajuan Perempuan Indonesia. Pada usianya yang ke 57 tahun ini, sudah sepatutnya KOPRI melakukan refleksi terhadap pengembangan kelembagaan, yang meliputi pengembangan terhadap anggota, kader, jaringan alumni serta institusi secara kompleks. Secara sederhana, ada beberapa poin refleksi yang harusnya bisa menjadi perenungan dan evaluasi kita bersama sebagai anggota ataupun kader PMII yang tergabung dalam KOPRI.

Refleksi pertama. Perempuan harus meningkatkan kapasitas dan kualitas dirinya dengan wawasan atau pengetahuan yang progressif (CERDAS).

Pada dunia modern yang begitu dinamis seperti saat ini, manusia yang salah satu entitasnya adalah perempuan dituntut untuk dapat beradaptasi atau menyesuaikan diri secara cepat, tanggap, dan tepat. Oleh karenanya, kecerdasan diperlukan agar mampu mengatur kehidupan secara efektif dan effisien. Selain itu dengan kecerdasan dan pengetahuan yang dimilikinya, perempuan dapat memberikan banyak manfaat penting dalam kehidupan baik secara pribadi, keluarga, ataupun masyarakat. Perempuan yang cerdas dan terdidik memiliki peran penting dalam masyarakat diberbagai sector, termasuk politik, ekonomi, dan social. Mereka dapat berkontribusi pada perubahan positif dan mempengaruhi kebijakan agar lebih adil dan inklusif.

Baca Juga :  Catatan Buku Putih 1,5 Milyar Uang Diantar Kerumah "ADP"

Manfaat lainnya dengan menjadi perempuan cerdas yaitu dapat mengambil keputusan yang baik dan bijaksana untuk kehidupannya secara pribadi maupun diruang public yang professional. Keputusan-keputusan yang diambil oleh perempuan cerdas berangkat dari pertimbangan dan perhitungan logis akan perbandingan antara kemaslahatan dan kemudhorotan, bukan dengan sembarang menentukan. Lebih lanjut, pengetahuan dapat memberi perempuan kekuatan untuk mengendalikan hidup mereka, memilih karier yang diinginkan, dan mengatasi berbagai tantangan yang ada. Semakin banyak wawasan yang dimiliki, semakin besar pulalah kemampuannya untuk menghadapi masalah dan memanfaatkan peluang yang ada.

Tidak hanya itu, pengetahuan juga akan memperkuat kemampuan perempuan dalam memperjuangkan haknya sebagai seorang individu. Dengan demikian, kecerdasan dapat mengurangi resiko terhadap eksploitasi ataupun pelecehan yang kerap mengancam diluaran sana. Lebih lanjut, pengetahuan dan kecerdasan dapat membantu perempuan untuk mengatasi berbagai stereotip gender yang dapat membatasi potensi yang dimilikinya.

Saat perempuan mampu menunjukkan kecerdasan dan kemampuannya di berbagai bidang, hal ini dapat meruntuhkan pandangan sempit tentang perempuan dalam masyarakat. Tidak kalah penting bahwa kecerdasan dan pengetahuan juga berkaitan dengan pengembangan dan kepuasan diri. Memiliki pengetahuan yang luas memberi perasaan percaya diri dan pencapaian pribadi yang berkontribusi pada kesehatan mentalnya yang lebih baik.

Begitu pentingnya menjadi perempuan yang cerdas sebagai fondasi dan kekuatan untuk perempuan meraih potensinya secara utuh, memperbaiki kualitas hidup dan memberikan dampak positif bagi masyarakat secara luas. Oleh karenanya, kader putri PMII yang tergabung dalam KOPRI harus meningkatkan kapasitas dan kualitas dirinya dengan wawasan atau pengetahuan yang progressif agar menjadi perempuan yang cerdas. Kader KOPRI harus memiliki semangat dan tekad yang tinggi dalam menimba ilmu dan tidak membatasi dirinya dalam belajar terkait berbagai hal.

Selain itu, kader KOPRI juga harus berpikir secara kritis melalui kemampuan menganalisa informasi secara objektif. Jangan mudah menerima segala sesuatu begitu saja, melainkan mempertanyakan dan menganalisanya dengan seksama sebelum mengambil keputusan.

Untuk menjadi kader KOPRI yang cerdas, jangan takut mencoba hal baru dan percaya pada kemampuan diri (percaya diri). Ingatlah bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar, sehingga jangan biarkan ketakutan ataupun keraguan menghalangi langkah untuk mencoba dan berkembang.

Dilain sisi, perbanyaklah belajar dari pengalaman baik pengalaman diri sendiri atau bahkan pengalamanan orang lain dengan memperbanyak berinteraksi dengan orang lain melalui diskusi atau sharing (ngipi). Belajarlah dari siapapun, jadikanlah semua tempat sebagai sekolah dan semua orang sebagai guru (Ki Hajar dewantara). Dengan demikian, secara tidak sadar kita juga telah memperluas jaringan atau relasi dengan banyak pihak yang pastinya akan sangat bermanfaat dalam membuka banyak peluang dan memperkaya wawasan.

Perempuan cerdas juga harus tetap terbuka terhadap kritik konstruktif dan mempergunakannya sebagai umpan balik untuk bertumbuh. Sehingga, kader KOPRI harus bisa menerima setiap masukan dengan sikap yang positif dan mengidentifikasi area-area yang dapat diperbaiki untuk bertumbuh menjadi lebih baik. Selanjutnya, berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab juga merupakan bagian dari Perempuan cerdas. Maka, kader KOPRI harus berani untuk bertindak dan mengambil resiko dalam membuka peluang dan mendorong pertumbuhannya secara pribadi.

Refelksi kedua. Perempuan harus mencapai Potensi yang dimilikinya secara penuh melalui Pemberdayaan diri sendiri secara aktif (MANDIRI)
Mandiri yang dimaksudkan bukan hanya mampu berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain, tetapi juga mencakup kemampuan untuk membuat keputusan, mengelola kehidupan, dan menghadapi tantangan dengan percaya diri. Dengan kemandirian yang dimilikinya, berarti perempuan memiliki kontrol terhadap dirinya sendiri dan kontrol dalam memilih jalur kehidupan yang sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai yang dimilikinya tanpa bergantung pada orang lain. Ini memungkinkan perempuan berkembang dan mencapai potensi dirinya secara penuh.

Ketika perempuan memiliki kontrol atas kehidupannya, baik secara emosional, finansial, ataupun social, mereka akan lebih mampu untuk melindungi diri sendiri dari situasi yang merugikan. Selain itu, kemadirian sering kali berhubungan dengan kebebasan dalam membuat pilihan dan merencanakan kehidupan sesuai keinginan.

Dengan demikian, kemandirian dapat mengurangi rasa stress dan kecemasan yang muncul dari ketergantungan pada orang lain. Perempuan akan lebih mampu mengelola kehidupan dan menghadapi masalah dengan cara yang sehat. Yang terpenting lainnya ialah, dengan kemadirian perempuan dapat memberikan teladan yang kuat untuk menghancurkan stereotip gender dan mendorong kesetaraan di masyarakat.

Secara singkat, kemandirian perempuan adalah salah satu cara untuk mewujudkan kebebasan, kesetaraan dan kesejahteraan. Oleh karenanya, kader KOPRI harus mandiri melalui pemberdayaan diri sendiri secara aktif guna mencapai Potensi yang dimilikinya secara penuh baik dalam karier, pendidikan, maupun kehidupan pribadi. Kemadirian bisa dimulai dari mengenali diri sendiri dan yakin pada kemampuan diri. Jangan biarkan orang lain mendefinisikan dirimu. Sebaliknya, kader KOPRI harus memiliki standart pribadi dan mempertahankan nilai-nilai yang diyakini. Kemandirian juga dapat diraih antaranya dengan mengambil tangguh jawab secara penuh kepada diri sendiri. Kader KOPRI tidak boleh menyalahkan orang lain atas situasi yang sedang dihadapi. Maka ambillah langkah untuk mengubah apa yang perlu diubah dan bertanggung jawab atas setiap tindakan yang dilakukan.

Baca Juga :  Menyiapkan Pesantren Bervisi Global Sebagai Warisan Kebudayaan

Releksi ketiga. Perempuan harus dapat menciptakan peluang atas kehidupannya secara pribadi, social dan Professional (KREATIF).
Dewasa ini, dunia selalu berubah dan seringkali penuh dengan ketidakpastian. Kreativitas dapat membantu perempuan untuk berfikir diluar kebiasaan, menemukan solusi baru atas setiap permasalahan yang ada, dan beradaptasi dengan perubahan. Kemampuan berfikir kreatif memungkinkan perempuan untuk menghadapi tantangan dengan cara yang lebih inovatif.

Selain itu, kreatifitas memberi kekuatan bagi perempuan untuk mengembangkan diri lebih lanjut baik seacara pribadi maupun professional. Dengan berfikir kreatif, perempuan dapat mengeksplorasi potensi mereka dan mencari cara baru untuk mencapai tujuan maupun mewujudkan impiannya tanpa terbatas oleh batasan tradisional atau stereotip yang ada. Lebih lanjut, kreativitas sangatlah penting di dunia professional. Sehingga, perempuan yang kreatif dapat menciptakan peluang karier bagi diri mereka sendiri, mengembangkan usaha secara mandiri, berinovasi dalam pekerjaan, atau bahkan menciptakan pekerjaan sesuai minat dan keahlian mereka.

Kreatifitas begitu penting untuk dimiliki perempuan. Oleh karenya, kader KOPRI harus kreatif agar dapat menciptakan peluang atas kehidupannya secara pribadi, social dan Professional. Kreativitas dapat dibentuk dengan memiliki rasa penasaran (rasa ingin tahu) yang besar. Cobalah menjadi kader KOPRI yang selalu bertanya “mengapa” dan “bagaimana” dalam berbagai situasi, serta jelajahi topik baru dengan banyak membaca buku dan mendengarkan podcast. Hal yang lain, dedikasikan waktu untuk berkreasi melalui menulis, mengeksplorasi hobi, membuat kerajinan tangan, atau bahkan merancang usaha baru.

Selanjutnya, kreativitas berkembang saat berani keluar dari kebiasaan (ona nyaman) dan mencoba hal-hal baru. Maka, kader KOPRI harus berani gagal dan keluar dari ona nyaman. Selain itu, kader KOPRI juga perlu menghargai setiap proses, bukan hanya pada hasil akhirnya. Nikmati setiap langkah dan biarkan dirimu berkembang sepanjang perjalanan.

Refleksi keempat. Perempuan harus tetap berpanduan pada Moral dan Etika untuk menjadi Pribadi yang tangguh (AGAMIS)
Menjadi perempuan yang agamis memiliki banyak manfaat baik dari segi spiritual, psikologis, maupun social. Agama memberikan nilai-nilai moral yang jelas, seperti kejujuran, kebaikan, empati, dan keadilan. Prinsip-prinsip agama akan membantu dalam mengambil keputusan yang etis diberbagai aspek kehidupan.

Selain itu, menjadi perempuan yang Agamis, akan mendorong perempuan untuk menghormati diri sendiri dan orang lain, serta memperkuat hubungan yang sehat dan penuh rasa hormat. Tidak hanya itu, perempuan yang agamis akan memiliki landasan kuat dalam menghadapi segala tekanan social yang tidak sejalan dengan nilai-nilai moral dan agama. Agama akan menjadi benteng yang melindungi dan menjadi pedoman agar perempuan tetap hidup sesuai prinsip yang benar.

Kader KOPRI harus menjadi pribadi yang agamis dan tangguh dengan berpanduan pada Moral dan Etika. Kita dapat memulainya dengan konsisten dalam beribadah dan menjaga nilai-nilai keagamaan (Ahlussunnah waljama’ah) dalam menjalankan segala aspek dalam kehidupan. Salah satu terpenting lainnya adalah tetap tenang melalui kesabaran dalam menghadapi cobaan dan rasa syukur terhadap segala nikmat Tuhan. Bahwa selalu ada hikmah atau pembelajaran dalam setiap hal. Selain itu, dengan nilai Agamis yang dimiliki kader KOPRI akan senantiasa menjalankan tugas mulianya dalam kehidupan untuk menjadi kholifah fil ‘ard yang bermanfaat bagi sesama dan menjaga alam yang ada.

Demikianlah empat refleksi dalam 57 Tahun KOPRI membangun negeri. Empat refleksi itu kemudian secara ringkas disebut sebagai CENDIKIA (Cerdas, Mandiri-Kreatif, dan Agamis). Secara harfiah, cendikia sendiri menggambarkan seseorang yang memiliki pemikiran kritis, bijaksana, dan memiliki pengetahuan luas yang berguna bagi masyarakat. Maka kedepan, untuk mengembangkan institusi KOPRI setidaknya harus dapat menciptakan SWASEMBADA KOPRI CENDIKIA yang berarti ruang kaderisasi dan advokasi bagi perempuan khusunya kader putri PMII yang berkualitas, berkompetensi, serta mampu berkontribusi pada pengembangan masyarakat tanpa meninggalkan nilai-nilai keislamannya. Dengan swasembada KOPRI Cendikia maka kader putri PMII diharapkan; 1) memiliki kompetensi dan mampu berfikir secara adaptif dan strategis, 2) memiliki independensi dalam menghadapi fenomena social kemasyarakatan untuk menyongsong kemajuan bangsa, 3) menjadi peibadi yang unggul dengan ide inovatif dalam membangun adab berkemajuan, dan 4) memiliki spiritualitas tinggi dalam menebar kebermanfaatan sesuai karakter Aswaja An-Nahdliyah.

Penulis: Ketua Kopri PMII Jember, Isna Asaroh

Editor: EM

Tinggalkan Balasan