SUMENEP, Seputar Jatim – Jumlah pabrik rokok di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, terus mengalami peningkatan.
Tahun ini, sudah ada 167 pabrik rokok yang sudah berizin. Itu pun lebih banyak jika dibandingkan di Tahun 2024 lalu, yang hanya 117 pabrik.
Sehingga, keberadaan pabrik rokok di Sumenep ini dinilai mampu membuka lapangan pekerjaaan bagi masyarakat.
Untuk saat ini, sudah ada sekitar 4.768 orang yang berhasil direkrut menjadi pekerja di pabrik rokok, dengan penghasilan setiap bulannya berkisar Rp2,5 juta hingga Rp3 juta.
Gaji tersebut disesuaikan dengan perolehan lentingan rokok yang diperoleh. Sebab, per 1000 lenting dihargai Rp 35 ribu hingga Rp 40 ribu.
Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan (Diskop UKM Perindag) Sumenep Moh. Ramli mengatakan, keberadaan pabrik rokok memiliki peranan penting dalam pengentasan kemiskinan di Kota Keris.
Sebab, dengan jumlah pabrik rokok yang terus meningkat mampu memberikan pendapatan pasti kepada masyarakat.
“Otomatis, mampu meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat. Di mana tenaga kerjanya hampir mencapai lima ribu orang. Ini cukup baik,” katanya, Senin, (10/3/2025).
Setiap bulannya, kata dia, mereka mendapatkan pendapatan pasti di kisaran Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta. Meski pekerjaan itu dianggap sebagai sampingan.
“Dan, pendapatan yang diterima sudah jauh di atas garis kemiskinan,” jelas mantan Kepala DPMD itu.
Lanjut ia menyampaikan, bahwa pekerjaan itu harus lebih prospek karena sudah pasti penghasilnya.
“Misalnya, bertani nominalnya belum jelas, bisa saja kena hama sehingga menurun penghasilannya. Nelayan saat dapat atau tidak. Kalau dipabrik sudah pasti kerja dibayar,” bebernya.
Maka dengan, keberadaan pabrik rokok ini, lanjut dia, sangat berdampak besar terhadap pengentasan kemiskinan di Kabupaten Sumenep.
Hal ini, kata dia, pemilik pabrik rokok patut diapresiasi, karena dinilai mampu menekan kemiskinan serta membuka peluang pekerjaan.
Dengan begitu, pemerintah memberikan fasilitas APHT (Aglomerasi Pabrik Hasil Tembakau) di Kecamatan Guluk-Guluk.
“Bagi masyarakat yang mau berusaha rokok disiapkan 11 pabrik bisa dipakai. Jika diasumsikan masing-masing pabrik menyerap 20 orang, maka sudah ada 220 pekerja,” tandasnya.
“Itu cukup bagus dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan,” pungkasnya. (EM)
*