Daerah

Dari Sumenep untuk Dunia, DLH Gencarkan Proyek RDF

×

Dari Sumenep untuk Dunia, DLH Gencarkan Proyek RDF

Sebarkan artikel ini
IMG 20250605 WA0024
RAPI: Kepala UPTD Pengelolaan Sampah DLH Sumenep, Achmad Junaidi, saat ditemui di kantornya (SandiGT - Seputar Jatim)

RAPI: Kepala UPTD Pengelolaan Sampah DLH Sumenep, Achmad

SUMENEP, Seputar Jatim – Jalan Joko Tole Lingkar Barat di Sumenep, Madura, Jawa Timur, tak hanya dipenuhi deretan sampah plastik yang siap dibersihkan, tetapi juga semangat masyarakat dan pemerintah yang menyatu dalam satu tujuan untuk menjaga bumi dari krisis plastik.

Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 dengan tema ‘Hentikan Polusi Plastik’, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sumenep memusatkan kegiatan bersih-bersih sampah plastik di ruas jalan strategis kota.

Namun, di balik aksi sederhana ini tersimpan pesan besar tentang perubahan harus dimulai dari diri sendiri, dan dari tempat kita berpijak.

“Gerakan ini adalah simbol. Tapi maknanya dalam. Kita ingin membangun budaya sadar sampah sejak dari rumah tangga,” kata Achmad Junaidi, Kepala UPTD Pengelolaan Sampah DLH Sumenep. Kamis (5/6/2025).

Baca Juga :  DPRD dan Pemkab Sumenep Lakukan Penandatanganan Naskah Persetujuan Dua Raperda

Menurutnya, mengurangi volume sampah plastik dari sumbernya adalah langkah pertama yang paling vital.

“Kalau rumah tangga sudah memilah dan mengurangi, maka TPA tidak akan lagi jadi tempat penumpukan masalah,” ujarnya.

Namun, lanjut dia, Sumenep tidak berhenti di situ. Saat banyak daerah masih berkutat pada penanganan konvensional, Kabupaten paling timur Pulau Madura ini melangkah ke arah yang lebih futuristik, mengubah sampah menjadi energi.

Lanjut ia menegaskan, melalui proyek Refuse Derived Fuel (RDF) yang tengah dikembangkan di TPA Batuan, sampah-sampah yang sulit terurai akan diolah menjadi bahan bakar alternatif untuk industri semen.

“Kalau tidak ada kendala, bulan ini kerja sama dengan PT SBI akan dimulai,” tegasnya.

“Proyek RDF ini menjadi bukti bahwa daerah pun bisa mengambil bagian dalam transisi energi. Lingkungan adalah tanggung jawab kolektif, sedang Pemerintah hanya fasilitator, kunci utamanya ada di masyarakat,” imbuhnya.

Sumenep mungkin bukan kota besar, tapi langkah-langkahnya mencerminkan kesadaran global yang tumbuh dari akar lokal.

“Di tengah krisis iklim dan darurat plastik, pendekatan seperti inilah yang membawa harbesa bahwa perubahan bisa dimulai dari kota kecil dengan tekad besar,” tukasnya (Sand/EM)

*

Tinggalkan Balasan