SUMENEP, Seputar Jatim – Festival Sapi Sonok 2025 sukses digelar di Lapangan Stadion A. Yani Panglegur, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
Sebanyak 36 pasang sapi betina dari enam rayon paguyuban di wilayah Sumenep tampil memukau dalam parade keanggunan yang memadukan estetika, budaya, dan tradisi lokal.
Festival yang menjadi bagian dari Kalender Event Sumenep 2025 ini bukan hanya menjadi tontonan tahunan, tetapi juga menjadi panggung pelestarian budaya dan motor penggerak ekonomi lokal.
Ketua Penyelenggara, Muhammad Tamyis, menyampaikan bahwa festival ini membawa pesan penting tentang nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam tradisi Sapi Sonok.
“Ini merupakan warisan budaya yang harus diperkenalkan kepada generasi muda. Eksistensi dan nilai-nilai filosofisnya sangat kuat,” ujarnya. Sabtu (2/8/2025).
Ia menambahkan, keberadaan festival ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mendorong perputaran ekonomi masyarakat melalui partisipasi para pelaku UMKM yang menjajakan produk lokal di sekitar arena pertunjukan.
“Festival Sapi Sonok 2025 ini membuktikan bahwa tradisi bisa bertransformasi menjadi daya tarik pariwisata, sebagaimana langkah anggun sapi betina melintasi jejak budaya,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudporapar) Sumenep, Mohammad Iksan menegaskan, perbedaan mendasar antara Sapi Sonok dan Karapan Sapi.
Menurutnya, Sapi Sonok menonjolkan elegansi dan harmoni, bukan kecepatan dan adrenalin.
“Di balik keindahan sapi betina, ada kerja keras para peternak yang mempersiapkan segalanya selama berbulan-bulan. Ini bukan sekadar lomba, tetapi proses panjang yang melibatkan cinta terhadap budaya,” jelasnya.
Festival ini juga menjadi ajang silaturahmi budaya, edukasi peternakan, sekaligus destinasi wisata tahunan yang membangun citra baru Madura.
“Kita punya pertunjukan budaya yang kaya estetika. Festival ini adalah bukti bahwa Madura bukan hanya dikenal karena keberaniannya, tetapi juga kehalusan dan keindahan budayanya,” pungkasnya.
Antusiasme masyarakat dan wisatawan tampak memenuhi stadion sejak pagi, menyaksikan bagaimana keanggunan sapi-sapi betina berjalan beriringan diiringi alunan musik tradisional, lengkap dengan tata rias dan hiasan yang menawan, sebuah gambaran nyata dari tradisi yang terus hidup dan berkembang.(Sand/EM)
*