Budaya

Pemkab Sumenep Bakal Gelar Festival Tan Pangantanan 2025, Ajarkan Identitas Budaya Lewat Panggung Anak-Anak

×

Pemkab Sumenep Bakal Gelar Festival Tan Pangantanan 2025, Ajarkan Identitas Budaya Lewat Panggung Anak-Anak

Sebarkan artikel ini
IMG 20250910 WA0049
FLYER : Festival Tan Pangnatanan Sumenep (Foto Istimewa)

SUMENEP, Seputar Jatim – Pemerintah Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, menjadi kabupaten yang kaya tradisi.

Diketahui, pada 21 September 2025 mendatang, Desa Karanganyar, Kecamatan Kalianget, akan menjadi pusat perhatian lewat Festival Tan Pangantanan 2025 dengan tema “Dhe’ Nondhe’ Ni’ Nang”.

Festival ini bukan sekadar gelaran seni, melainkan ruang belajar bagi generasi muda. Anak-anak dari TK dan PAUD se-Sumenep akan tampil di panggung dengan balutan busana pengantin adat khas Madura.

Ketua Panitia, Herly Wahyudi, mengatakan bahwa setiap kelompok terdiri dari 12 hingga 24 anak.

“Kami ingin menanamkan sejak dini bahwa busana dan tradisi bukan hanya soal penampilan, tetapi sarat makna. Dengan begitu, anak-anak tumbuh dengan rasa bangga terhadap budaya mereka,” katanya, Rabu (10/9/2025).

Baca Juga :  Disnaker Sumenep Gelar Job Fair 2025, Siap Serap Ribuan Tenaga Kerja Lokal

Menurutnya, festival yang berlangsung pukul 15.00–17.00 WIB ini sengaja dikemas agar menjadi tontonan sekaligus tuntunan. Penampilan anak-anak penuh keceriaan akan berpadu dengan pesan edukasi tentang simbol-simbol adat pernikahan Sumenep.

Lebih lanjut, ia menegaskan, festival ini juga diyakini mampu memperkuat kohesi sosial. Acara ini membuka ruang interaksi yang hangat, menghadirkan kebersamaan, dan menjadi refleksi sebagai warisan leluhur yang patut dirawat bersama.

Sebagai bentuk apresiasi, lanjut dia, Pemerintah daerah menyiapkan penghargaan berupa trophy, piagam, dan uang pembinaan dari Bupati Sumenep untuk tiga besar. Sedangkan juara 4 hingga 6 tetap membawa pulang trophy dan piagam.

Festival ini terbuka gratis untuk masyarakat. Pemerintah mengajak warga tidak hanya hadir sebagai penonton, melainkan ikut merasakan bahwa tradisi adalah bagian dari kehidupan sehari-hari.

“Lebih dari sekadar festival, ini adalah pesan untuk semua generasi: akar budaya kita tidak boleh hilang, dan anak-anak adalah penjaga masa depannya,” pungkas Herly. (Sand/EM)

*

Tinggalkan Balasan