NewsBudaya

Panitia Kerapan Sapi di Sapudi Sumenep Dinilai Tak Becus hingga Picu Keributan

×

Panitia Kerapan Sapi di Sapudi Sumenep Dinilai Tak Becus hingga Picu Keributan

Sebarkan artikel ini
1756247216836.Screenshot 20250827 052620
BERKUMPUL: Event lomba kerapan sapi tingkat kawedanan di Pulau Sapudi Sumenep ricuh (Doc. Seputar Jatim)

SUMENEP, Seputar Jatim – Event lomba kerapan sapi tingkat kawedanan di Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, menuai sorotan publik.

Pasalnya, panitia diduga tidak menyediakan kamera di garis finis, padahal alat tersebut menjadi salah satu syarat penting dalam perlombaan resmi kerapan sapi.

Kepala Desa Nonggunong, Norman, yang hadir langsung dalam kegiatan tersebut, mengaku kecewa dengan kelalaian panitia.

Ia pun menilai absennya kamera membuat proses penentuan pemenang tidak bisa dilakukan secara objektif.

“Kerapan sapi ini bukan hanya tontonan biasa, tapi sudah jadi warisan budaya Madura yang bernilai tinggi. Kalau panitia tidak menyediakan kamera di garis finis, lalu bagaimana bisa memastikan siapa yang menang? Tentu ini rawan menimbulkan keributan antar peserta,” tegasnya, Rabu (27/8/2025).

Baca Juga :  Bakesbangpol Sumenep Minta Masyarakat Lapor Bila Ada Karnaval Agustusan yang Tak Patuh Aturan

Lebih lanjut, ia menyebutkan, bahwa setiap pelaksanaan kerapan sapi, apalagi yang berskala besar seperti tingkat kawedanan, seharusnya memenuhi standar perlombaan.

Bukan hanya sekadar menggelar acara untuk formalitas, tapi juga menjaga marwah tradisi yang telah diwariskan leluhur.

“Kamera itu ibarat saksi netral. Kalau ada protes atau klaim, rekaman kamera bisa jadi bukti. Tanpa itu, keputusan juri rentan dianggap tidak adil. Ini bisa merusak citra kerapan sapi yang selama ini kita banggakan,” bebernya.

Ia juga berharap panitia bisa belajar dari pengalaman ini. Menurutnya, kerapan sapi memiliki nilai ekonomi dan sosial yang besar, karena mampu menarik ribuan penonton sekaligus menggerakkan roda ekonomi masyarakat lokal.

Maka dari itu, Norman, mendorong penyelenggara agar lebih serius dan profesional.

“Kerapan sapi adalah identitas masyarakat Madura, khususnya di Sapudi. Kalau tidak dikelola dengan baik, jangan salahkan masyarakat kalau kemudian kepercayaan mereka menurun. Saya harap ke depan, panitia lebih terbuka, lebih siap, dan tidak main-main dengan aturan,” pungkasnya.

Hingga berita ini diterbitkan, pihak panitia belum memberikan klarifikasi resmi terkait dugaan absennya kamera di garis finis tersebut. (EM)

*

Tinggalkan Balasan