SUMENEP, Seputar Jatim – Kritik tajam Pengamat Politik Nasional, Adi Prayitno, terhadap kondisi jalan di kampung halamannya di Dusun Reng Perreng, Desa Bragung, Kecamatan Guluk-Guluk, Sumenep, Madura, Jawa Timur, berbuntut pada munculnya diskusi publik mengenai transparansi dan penggunaan dana desa.
Unggahan video yang viral di media sosial pertama kali disebarkan kembali oleh akun TikTok @ceritakotakeris, menjadi pintu masuk untuk mempertanyakan persoalan klasik ke mana larinya dana desa selama ini?
Dalam videonya, ia merekam perjalanan mobil yang melewati jalan penuh lubang, genangan air, dan aspal mengelupas. Ia menyebut kondisi tersebut sudah berlangsung sejak ia masih kecil.
“Ini jalan kok jelek sekali. Kayak nggak punya klebun (kades). Sudah 20 tahun begini terus. Mobil bisa guling ini,” keluhnya, Jumat (14/11/2025).
Bukan hanya lubang besar, beberapa titik jalan tampak seperti kubangan yang tidak pernah tersentuh pembangunan. Hal itu membuat Adi mempertanyakan efektivitas penggunaan dana desa yang setiap tahun digelontorkan pemerintah hingga miliaran rupiah per desa.
“Dana desa banyak ya… ada yang dapat Rp1 miliar, Rp1,5 miliar, Rp2 miliar. Tapi kenapa jalan di Reng Perreng Bragung menuju Lengkong masih rusak begini?,” ujarnya.
Pertanyaan itu kemudian menjadi isu sentral yang memancing diskusi luas, apakah dana desa telah digunakan tepat sasaran, dan apakah mekanisme pengawasannya berjalan efektif?
Media ini mencatat bahwa dana desa dapat dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur dasar seperti jalan lingkungan, jalan usaha tani, dan akses pemukiman.
Namun, realisasinya sangat bergantung pada prioritas desa dan komitmen pengawasan perangkat desa.
Dalam bagian lain videonya, Adi melontarkan kritik bernada satir khas Madura.
“Aduh, kaduk hancur-hancur. Ini kalau buat tanam lele sama jukok (ikan) bisa, karena lubangnya besar semua,” katanya.
Komentar tersebut memicu gelombang respons warganet. Banyak yang membenarkan kondisi serupa juga terjadi di desa lain di Madura.
Dari penelusuran media, sejumlah warga mengaku kerusakan jalan di Dusun Reng Perreng telah berlangsung lama. Usulan demi usulan pembangunan jalan disampaikan melalui musyawarah desa, namun tak kunjung terealisasi.
“Setiap tahun masukin usulan, tapi hasilnya nihil. Jalannya tetap begini,” ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Di sisi lain, tak sedikit warga yang mengapresiasi keberanian Adi menyuarakan masalah tersebut.
“Minimal ada tokoh nasional dari kampung sini yang berani ngomong. Biar didengar,” kata seorang warga lainnya.
Kasus penyimpangan dana desa di Kabupaten Sumenep bukan hal baru. Beberapa kepala desa sebelumnya bahkan tersangkut persoalan hukum akibat dugaan penyalahgunaan anggaran.
Kritik Adi seolah membuka kembali persoalan lama, pembangunan desa sering kali hanya tampak di atas kertas, bukan di atas tanah tempat warga melintas setiap hari.
Sebagai akademisi politik, Adi menegaskan kritiknya bukan sekadar keluhan personal, tetapi menyentuh persoalan mendasar seperti lemahnya evaluasi pembangunan, minimnya pengawasan internal, tidak adanya audit partisipatif, serta kurangnya keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan.
“Berasa kita ini tak punya pemimpin,” tegas Adi.
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak Pemerintah Desa Bragung maupun Pemerintah Kabupaten Sumenep. Namun, tekanan publik semakin besar setelah video tersebut menjadi konsumsi nasional. (EM)
*












