SUMENEP, Seputar Jatim – Aktivis Sumenep menilai aksi sejumlah perempuan yang berjoget Sound Horeg pada Karnaval Agustusan di Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, tidak berpotensi merusak moral masyarakat.
Aktivis Senior Asal Sumenep, Ainur Rahman, justru meminta banyak pihak untuk tidak terlalu membesar-besarkan persoalan joget tersebut.
Menurutnya, kegiatan itu jauh lebih positif dibandingkan fenomena hiburan lain yang jelas-jelas berpotensi merusak moral masyarakat.
“Di tengah euforia perayaan Agustusan, pemandangan ibu-ibu berjoget dengan pakaian sopan dan tertutup seharusnya dilihat sebagai contoh nyata kegiatan positif,” ucapnya, seperti dikutip dari media Liputan12.id, Rabu (27/8/2025).
“Ini bukan sekadar hiburan, tapi juga sarana edukasi dan promosi gaya hidup sehat. Ironisnya, hal yang begini justru dipermasalahkan,” ujarnya dengan santai.
Lanjut ia menegaskan, jika ingin mengkritisi, seharusnya lebih diarahkan pada aktivitas-aktivitas lain yang dinilai tidak selaras dengan nilai kesopanan.
“Kalau mau dibatasi, ya sebaiknya yang jelas-jelas mengganggu kesederhanaan dan akhlak masyarakat, misalnya joget di tempat karaoke bersama LC, atau jingkrak-jingkrak di diskotik lokalan di kabupaten ini. Itu yang lebih layak dikritisi. Jangan masalah kecil dibesar-besarkan, sementara masalah besar malah diam seribu bahasa,” jelasnya..
Sementara itu, Kepala Sekretaris Badan Silaturrohim Ulama Pesantren Madura, Sufyan Habsyi menegaskan, bahwa Joget Sound Horeg yang diduga dilakukan oleh peserta karnaval dari Puskesmas Pragaan, sangat menyalahi norma agama serta mencederai nilai budaya Sumenep.
Bahkan, aksi tersebut kurang pantas ditampilkan di ruang publik dan di lingkungan yang banyak pesantren besar. Aksi yang sangat vulgar kemarin itu, kata dia, sangat tidak mencerminkan adat Keraton Sumenep, yang dikenal halus dan mengedepankan tata krama.
“Jangankan sikap, perilaku dan bicara orang Sumenep punya ciri khas tersendiri yang tidak sama dengan daerah-daerah lain. Naudzubillahi min dzalik, semoga ini menjadi yang terakhir pada event-event berikutnya tidak terjadi kembali,” tandasnya.
“Terus terang saya sangat kecewa, saya sangat malu dengan karnaval kemarin itu. Sekarang viral dan sudah sudah mencoreng nama baik Pragaan,” pungkas Tokoh Masyarakat Pragaan itu. (EM)
*