APMS Kepulauan Sapeken Disoal, FORPERKASA Luruk Pemkab Sumenep

60
×

APMS Kepulauan Sapeken Disoal, FORPERKASA Luruk Pemkab Sumenep

Sebarkan artikel ini
Foto: Forum Peduli Rakyat Sejahtera (FORPERKASA) saat audensi di kantor Pemkab Sumenep.
Foto: Forum Peduli Rakyat Sejahtera (FORPERKASA) saat audensi di kantor Pemkab Sumenep.

SUMENEP, seputarjatim.com–Forum Peduli Rakyat Sejahtera (FORPERKASA) yang terdiri dari mahasiswa asal Kepulauan Sapeken melakukan audiensi dengan Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Kabupaten (Setdakab) bersama perwakilan Pertamina dan Polres. Bertempat di ruang rapat Graha Adhirasa, Kantor Pemda Sumenep, Madura. Senin (11/4).

Permohonan audiensi FORPERKASA kepada Bagian Perekonomian Setdakab Sumenep, diketahui berkaitan dengan persoalan terkait agen penyalur minyak dan solar (APMS) serta pemantauan ketersediaan BBM dan Elpiji di Kecamatan Sapeken.

FORPERKASA meminta penjelasan dari Bagian Perekonomian Setdakab Sumenep atas ditemukannya dispenser BBM yang kosong di APMS 56.694.06, pada saat pemantauan ketersediaan bahan bakar solar di Kepulauan Sapeken.

Perwakilan FORPERKASA Nurahmat, sesaat setelah audiensi selesai menyampaikan, Hendra staf Bagian Perekonomian Setdakab, pihak Pertamina yang diwakili Deni, dan Kanit Pidter Polres Sumenep, membenarkan bahwasanya saat melakukan pemantauan di Sapeken, kondisi Dispenser BBM APMS milik H. Ardi tersebut kosong.

“Tadi pihak Setdakab, Pertamina dan Kanit Pidter Polres Sumenep, semuanya mengamini bahwasanya memang ditemukan kosongnya Dispenser BBM di APMS milik H. Ardi itu,” jelasnya.

Disampaikan juga di audensi, lanjut Nurahmat, bahwasanya selama ini APMS 56.694.06 Sapeken, telah berulang kali tidak melakukan pengisian BBM ke dalam Dispenser sebelum adanya temuan oleh Staf Bagian Perekonomian, Pertamina serta Pidter Polres Sumenep.

“Kami juga menyampaikan saat audensi tadi, keterangan dari masyarakat dan juga dari Camat Sapeken, kalau sebelumnya APMS milik H. Ardi telah berulang kali bongkar muat BBM dari tanker di dermaga Pelabuhan Sapeken,” ujar dia.

Lebih lanjut, Nurahmat mengatakan, termasuk masalah harga eceran tertinggi (HET) serta perijinan APMS 56.694.06 Sapeken yang diyakini bermasalah, turut disampaikan saat audensi yang dipimpin oleh Mustangin, pelaksana tugas (Plt) Bagian Perekonomian Setdakab Sumenep.

“Semua permasalahan kami paparkan tadi. Mulai dari harga jual APMS kepunyaan H. Ardi yang diatas HET Pertamina, dan juga perijinannya yang terindikasi banyak ketidaksesuaian. Oh iya, kondisi kelangkaan solar yang melanda Sapeken sekarang ini juga kami utarakan,” imbuh dia.

Baca Juga :  Digerebek Polisi, Judi Sabung Ayam Kocar-Kacir

Selanjutnya, FORPERKASA akan mengadakan audiensi lanjutan yang direncanakan akan berlangsung pekan depan, mengingat jauhnya jarak dari Sapeken ke Sumenep. “InsyaAllah besok kami akan kembali mengirimkan surat permohonan audiensi lanjutan pada minggu depan, guna mendapatkan penjelasan terkait fungsi pengawasan,” kata dia.

“Karena sesuai regulasi, kecamatan selaku kepanjangan tangan kabupaten, dalam melakukan pengawasan pemerintah daerah dalam hal distribusi BBM agar tepat volume dan tepat sasaran. Jadi kami memohon kepada Bupati Sumenep, agar dapat kiranya menghadirkan Camat Sapeken beserta Kapolsek Sapeken,” tutupnya.

Sementara, Aldy Wiranto Khoirul Sekretaris FORPERKASA yang juga mahasiswa asal Kepulauan Sapeken, atas audiensi yang dilakukan menerangkan, persoalan BBM di Kepulauan Sapeken berbeda dengan permasalahan di daratan. “Pak Mustangin tadi sempat menyamakan kosongnya BBM di Dispenser APMS di Sapeken dengan SPBU di daratan, tentunya kami menentang keras statement itu,” tukas dia.

“Kok bisa orang yang tidak memahami problem BBM menjabat Plt. Kabag Perekonomian, yang juga menangani domain tentang energi di Pemkab Sumenep. Bisa-bisanya dia mengatakan, di SPBU sini (Sumenep, red) juga biasa keterlambatan pengiriman BBM,” sergahnya.

Padahal, Aldy menambahkan, apa yang terjadi pada kosongnya dispenser BBM APMS 56.694.06 bukan karena keterlambatan pengiriman. Tetapi hal tersebut diakibatkan karena memang tidak pernah dituangkan ke dalam tanki agen penyalur minyak dan solar tersebut.

Intinya, tegas Aldy. Ia bersama rekan-rekannya mahasiswa yang berasal dari Kepulauan Sapeken, akan terus mengawal polemik APMS 56.694.06 hingga tuntas. “Kami memperjuangkan aspirasi masyarakat di Sapeken, yang menginginkan APMS yang tertib aturan dan menjual harga yang sewajarnya,” pungkasnya.

“Tergambar jelas, dia (Mustangin, red) tidak memahami permasalahan sesungguhnya. Kosongnya BBM di Dispenser APMS H. Ardi itu kan, karena memang si pemilik selalu bongkar BBM di dermaga seketika saat tanker datang. Telah berulang kali tidak pernah dimasukkan ke dispenser APMS miliknya. Dibenarkan juga sama pihak terkait tadi,” ungkap dia.

Baca Juga :  Terungkap, Puskesmas Dungkek Tanpa IPAL, Pejabat Dinkes Plin-plan

Diberitakan sebelumnya, H. Syafiuddin, SH.,MH selaku ketua umum Lembaga Perlindungan Konsumen dan Kebijakan Publik (LPK – KP ) Kab. Sumenep melalui rilis persnya yang dikirim ke media ini mengatakan bahwasanya, pemberitaan miring terkait APMS sapeken milik H. Ardi perlu diluruskan dan di jelaskan kebenarannya kepublik, agar tidak timbul asumsi-asumsi negatif di masyarakat khususnya di kecamatan Sapeken.

“Ketika terjadi sidak beberapa waktu yang lalu yang dilakukan tim Pertamina yang di dampingi oleh staf ESDA setda Kab. Sumenep Beserta Kanit Pidter Polres Sumenep secara keseluruhan tidak ada masalah, karena ketika waktu sidak berlangsung tim hanya menemukan APMS kosong dan dispenser tidak nyala,” Jelasnya. Minggu (10-4-2022).

Hal senada juga dijelaskan oleh H. Ardi selaku pemilik APMS, pihaknya membenarkan sidak yang dilakukan oleh tim dari Pertamina yang di dampingi oleh staf ESDA setda Kabupaten Sumenep,

Hasil dari sidak tersebut yang menjadi temuan di situ adalah kosongnya ketersediaan BBM dan tidak hidupnya dispenser, Akan tetapi hal tersebut terjadi karena dirinya telah melayani penebusan BBM bersubsidi sebanyak 16 rekom, hal inilah yang menjadi alasan utama kenapa ketersediaan BBM bersubsidi cepat habis.

“ketika tengker datang, saya melayani penebusan BBM bersubsidi itu terhadap warga nelayan sebanyak 16 rekom, makanya cepat habis BBM saya, itupun masih ada sisa di dispenser dan memenuhi kota 15 hari,” Paparnya.

Lanjut H.Ardi, terkait dengan kabar dispenser rusak, sebenarnya tidak rusak hanya tidak di nyalakan waktu itu karena BBM kosong, tapi mengenai hal ini sudah dibuktikan di depan tim pertamina dengan cara dibelikan solar 1 drum.

“Oleh sendiri yang memasukkan ke dispenser dan dispenser dinyalakan yang akhirnya terbukti bahwa dispenser saya tidak rusak tapi tidak di nyalakan”, pungkasnya.(bs)

Tinggalkan Balasan