News

Di Tengah Arus Digital, Budayawan Sumenep Sebut Buku Tetap Primadona Ilmu Pengetahuan

×

Di Tengah Arus Digital, Budayawan Sumenep Sebut Buku Tetap Primadona Ilmu Pengetahuan

Sebarkan artikel ini
IMG 20250516 WA0002
MEMBACA: Budayawan Sumenep, Ibnu Hajar, saat berada di antara tumpukan buku di perpustakaan pribadinya di rumahnya (Doc. Seputar Jatim)

SUMENEP, Seputar Jatim – Momentum peringatan Hari Buku Nasional pada 17 Mei 2025, Budayawan Sumenep, Madura, Jawa Timur, menyampaikan pandangannya mengenai pentingnya mencintai buku di tengah gempuran arus informasi digital yang semakin deras.

“Momentum Hari Buku Nasional ini menjadi pengingat bagi kita semua, bahwa buku adalah jendela dunia,” ujar Budaya Sumenep, Ibnu Hajar. Sabtu (17/5/2025).

Ia menekankan, bahwa meskipun teknologi berkembang pesat dengan kehadiran media sosial, platform digital, dan e-book, peran buku fisik tetap tak tergantikan.

Menurutnya, buku bukan sekadar media informasi, tetapi juga ruang diskusi dan kontemplasi. Di dalam buku, bisa berdialog dengan pemikiran para penulis, itu sangat luar biasa dalam menambah wawasan.

Baca Juga :  Demi Jaga Estetika, DLH Sumenep Bakal Percantik Taman Tajamara

Ibnu, sapaan akrabnya menyayangkan, jika masyarakat mulai menjauh dari buku hanya karena alasan kepraktisan. Kalau tidak dengan serius mencintai buku, bisa muncul rasa capek, bahkan malas membaca. Ini berbahaya karena akan menjauhkan dari sumber pengetahuan itu sendiri.

“Fenomena saat ini, di mana membaca buku dianggap ribet dibandingkan membaca dari ponsel. Namun, kenikmatan intuitif dan pengalaman mendalam saat membaca buku tidak bisa digantikan oleh layar digital,” jelasnya.

Lanjut ia menegaskan, pentingnya membaca dengan nilai spiritual. Buku adalah simbol intelektualitas. Bahkan wahyu pertama yang diturunkan kepada Rasulullah adalah ‘Iqra’ bacalah. Itu menandakan bahwa membaca, termasuk membaca buku, adalah perintahnya.

“Dalam konteks generasi muda saat ini, terutama generasi Z, bagaimana untuk tidak abai terhadap buku meskipun hidup dalam dunia yang serba digital,” tegasnya.

Ia berharap, perpustakaan terus dikembangkan, bahkan menyarankan agar buku selalu dibawa, baik di ruang kerja maupun saat bepergian.

“Buku adalah pintu masuk untuk memahami, mengerti, dan menguasai dunia,” tuturnya.

Lebih lanjut pria berkacamata itu menyampaikan keprihatinannya terhadap menurunnya minat baca masyarakat.

“Sekarang ini orang lebih suka membaca status media sosial daripada membaca buku. Padahal membaca bukan sekadar melihat huruf, tapi memahami isi teks secara utuh,” pungkasnya.(Sand/EM)

*

Tinggalkan Balasan