News

Guru di Pragaan Tolak MBG, Hanya Dijadikan Bisnis Cari Keuntangan Tanpa Memperhatikan Gizi Seimbang

×

Guru di Pragaan Tolak MBG, Hanya Dijadikan Bisnis Cari Keuntangan Tanpa Memperhatikan Gizi Seimbang

Sebarkan artikel ini
20251001 142402 scaled
MAKANAN: Menu MBG yang diterima siswa yanc diduga tidak memenuhi gizi seimbang (Foto Istimewa)

SUMENEP, Seputar Jatim – Anggaran untuk makan bergizi gratis (MBG) 2025 dipatok sebesar Rp71 triliun, untuk memberi makan 82,9 juta orang anak sekolah dan ibu hamil.

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto, menargetkan setiap anak berhak menerima MBG senilai Rp15 ribu per porsi.

Namun, kemudian presiden memangkasnya menjadi hanya Rp10 ribu per porsi yang diberikan setiap hari, kecuali hari libur.

Berdasarkan fakta dilapangan tidak semua Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) menyajikan MBG sesuai aturan pemerintah.

Baca Juga :  Hari Kesaktian Pancasila 2025, Kepala Bakesbangpol Ingatkan Generasi Muda Tak Terjebak Seremonial

Salah satunya, Dapur MBG di Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, diduga menyajikan MBG tidak sesuai standar menu, karena terbukti gagal memenuhi hak anak atas pangan bergizi dan sehat.

“Dari kemarin, memang kami pantau terus MBG ini, sudah hampir dua minggu menu makanan yang diberikan tidak sesuai. Seperti yang terjadi hari ini, lauknya hanya tahu saja. Dan porsi nasi dan buah malah minim, kadang ada buah yang busuk,” ucap salah satu Guru di Kecamatan Pragaan, berinisial HN, Rabu (1/10/2025).

Ia pun menilai standar gizi yang diberikan kepada siswa tidak ideal. Untuk itu, pihaknya menolak dengan adanya MBG apabila menu yang dipilih tidak memenuhi kriteria pemenuhan gizi yang seimbang.

Bahkan, pihaknya juga mendesak pemerintah agar pengelolaan menu harus memperhatikan kombinasi gizi yang seimbang, bukan sekadar memenuhi selera anak.

“Tentu, saya sebagai guru harus berani menolak dengan makanan yang tidak memenuhi gizi yang seimbang,” tandasnya.

“Saya takut ada oknum yang menjalankan Program MBG ini hanya dijadikan bisnis untuk mencari keuntangan, tanpa memperhatikan gizi dan kesehatan anak,” pungkasnya. (EM)

*

Tinggalkan Balasan