Daerah

Program Wirausaha Santri 2025, Siap Cetak Santri di Sumenep Lebih Mandiri dan Kreatif

×

Program Wirausaha Santri 2025, Siap Cetak Santri di Sumenep Lebih Mandiri dan Kreatif

Sebarkan artikel ini
IMG 20250524 WA0036 scaled
TUNJUKKAN: Wabub Sumenep, Imam Hasyim saat melihat hasil program wirausaha santri pada pembukaan Santri Enterpreneur 2025 (SandiGT - Seputar Jatim)

SUMENEP, Seputar Jatim – Program Wirausaha Santri 2025 di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, menjadi bukti bahwa narasi pesantren hari ini tak bisa lagi dipisahkan dari pembangunan ekonomi dan kemandirian generasi muda.

Ada gelombang perubahan yang sedang bergerak pelan tapi pasti di jantung kehidupan pesantren. Di balik rutinitas mengaji dan kegiatan keagamaan, para santri di Sumenep kini sedang dipersiapkan menjadi motor ekonomi desa.

Ratusan santri dari berbagai pondok pesantren mengikuti pelatihan intensif dalam bidang-bidang praktis, dari produksi kripik singkong, ecoprint, dan menjahit, hingga pengolahan VCO dan manajemen angkringan.

Hal tersebut bukan sekadar kursus keterampilan, melainkan langkah strategis membangun ekosistem ekonomi alternatif berbasis komunitas pesantren.

Baca Juga :  Respon Bupati Sumenep Atas Penyampaian Pandangan Umum Fraksi-Fraksi DPRD Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD 2024

Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudporapar) Kabupaten Sumenep Moh. Iksan menyampaikan, bahwa program santri enterpreneur 2025 dilaksanakan di Pondok Pesantren At-Taufiqiyah Desa Aengbaja Raja, Kecamatan Bluto, Sumenep.

“Adapun Slsantri yang mengikuti pelatihan pembuatan kripik singkong sebanyak 30 orang, ecoprint dan menjahit sebanyak 15 orang, pemanfaatan air kelapa atau VCO sebanyak 25 orang dan pelatihan angkringan dan pemasaran sebanyak 30 orang,” ujarnya. Sabtu (24/5/2025)

“Peserta merupakan unsur santri atau alumni dan tenaga yang aktif di Pondok Pesantren (Ponpes) sebagai wujud santri mandiri dan berdaya saing selaku wirausaha,” imbuhnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Sumenep, Imam Hasyim menyatakan, bahwa pesantren memiliki kekuatan sosial dan modal kultural yang selama ini belum dimaksimalkan.

“Kita ingin memecah stigma lama, bahwa santri hanya siap untuk masjid atau mimbar. Padahal mereka punya potensi besar untuk memimpin unit-unit usaha, menghidupkan ekonomi lokal, dan menciptakan lapangan kerja,” jelasnya.

Menurutnya, transformasi yang tengah berlangsung menunjukkan bahwa pesantren bukan sekadar lembaga konservatif. Dengan program ini, mereka mulai menjalankan fungsi sebagai inkubator ekonomi berbasis nilai.

“Santri tidak hanya menerima ilmu, mereka juga mulai memproduksi barang, membangun brand, dan merambah pasar. Ini perubahan mendasar dalam cara kita memandang peran pesantren,” jelasnya.

Lebih dari sekadar partisipasi, program ini menanamkan filosofi baru kepada para santri bahwa bekerja adalah bagian dari ibadah, dan menciptakan lapangan kerja adalah wujud nyata dari kebermanfaatan sosial.

Baca Juga :  DPRD Gelar Rapat Penyampaian Pandangan Umum Fraksi-Fraksi Atas Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD 2024

“Kami ingin membentuk pelaku usaha yang tidak hanya cakap, tapi juga beretika. Yang menjadikan spiritualitas sebagai fondasi dalam berwirausaha,” ungkapnya.

Ia berharap, dalam beberapa tahun ke depan, pondok pesantren-pesantren di Sumenep akan dikenal bukan hanya sebagai pusat ilmu keagamaan, tetapi juga sebagai produsen berbagai produk kreatif unggulan yang bersaing di pasar lokal hingga nasional.

“Program Wirausaha Santri adalah langkah awal dari revolusi senyap ini. Sebuah upaya menggeser peran santri dari objek pembangunan menjadi subjek perubahan dengan jiwa mandiri, kreatif, dan mampu mengangkat ekonomi dari akar rumput,” harapnya.(Sand/EM)

*

Tinggalkan Balasan