SUMENEP, Seputar Jatim – Direktur Utama (Dirut) RSUD dr. H. Moh. Anwar, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, Erliyati, dikabarkan mengundurkan diri dari jabatannya yang telah diemban sejak April 2019 lalu.
Informasi pengunduran diri tersebut mulai tersiar pada Sabtu (26/7) kemari, dan langsung mengejutkan banyak kalangan, terutama para tenaga kesehatan dan masyarakat Sumenep yang selama ini menyaksikan transformasi besar di tubuh RSUD di bawah kepemimpinannya.
“Saya pamit. Saya lelah,” ujar Erliyati, seperti dikutip dari sejumlah sumber internal, Minggu (27/7/2025)
Erliyati dikenal sebagai tokoh penting dalam mengangkat derajat RSUD Sumenep, dari tipe C menjadi tipe B, sebuah capaian monumental yang diresmikan pada Februari 2025.
Selama masa kepemimpinannya, rumah sakit plat merah ini berhasil menyabet berbagai penghargaan nasional. Salah satunya adalah Bintang Tiga Transformasi Digital dari BPJS Kesehatan RI.
Berbagai terobosan telah ditorehkannya, mulai dari digitalisasi layanan, penambahan dokter spesialis KJSU (Kanker, Jantung, Stroke, Uro-Nefrologi), hingga penerapan teknologi medis non-invasif seperti Radio Frequency Ablation (RFA).
Dalam aspek sosial, Erliyati juga menghadirkan layanan “La Sehat”, sebuah inovasi transportasi gratis untuk pasien pulang rawat inap.
Ia juga dikenal luas dengan pendekatan humanisnya dalam memimpin rumah sakit yang selama ini identik dengan birokrasi yang kaku.
Meski telah menyampaikan niat mundur secara lisan, hingga kini belum ada pernyataan resmi tertulis maupun penjelasan detail mengenai alasan mundurnya.
Beberapa spekulasi mencuat. Salah satunya menyebut keputusan itu berkaitan dengan dinamika internal rumah sakit, termasuk polemik rekrutmen tenaga kontrak melalui skema Ikatan Kerja Sama (IKS), meski prosesnya dilakukan secara terbuka dan sesuai regulasi.
Namun, kata salah satu orang terdekat Erliyati mengungkap, bahwa keputusan itu lebih karena faktor kelelahan mental dan emosional setelah bertahun-tahun berjuang membenahi RSUD.
“Beliau ingin mencari ladang pengabdian yang lebih menenangkan. Amal jariyah di tempat yang berbeda,” ungkap seorang rekan sejawatnya.
Kabar pengunduran diri Erliyati memicu reaksi luas di media sosial. Banyak warganet menyampaikan apresiasi serta harapan agar dr. Erliyati tetap berkontribusi dalam dunia pelayanan publik.
“RSUD ini milik masyarakat, bukan milik direktur. Saya hanya menjaga agar rumah sakit ini tetap melayani dengan tulus,” demikian salah satu kutipan dr. Erliyati yang viral di berbagai platform.
Tak sedikit pula yang menyebut dr. Erliyati sebagai figur “ibu rumah sakit” karena kesederhanaan dan totalitasnya selama menjabat.
“Beliau bukan hanya direktur, tapi sosok yang membesarkan rumah sakit ini dengan hati,” tulis seorang netizen dalam grup WhatsApp komunitas kesehatan Sumenep.
Beberapa pegawai RSUD juga menyatakan keprihatinan dan merasa kehilangan atas keputusan mendadak tersebut.
Dari kabar pengunduran diri Erliyati memantik perhatian penuh dari Ketua Ikatan Wartawan Online (IWO) Kabupaten Sumenep, Imam Mustain R, yang juga turut menanggapi Kabar mundurnya dr. Erliyati.
Ia menyebut, Erliyati merupakan sosok pemimpin perempuan yang mampu membuktikan kinerja dengan rekam jejak yang jelas.
“dr. Erliyati bukan hanya mengelola rumah sakit, tapi meletakkan nilai-nilai kemanusiaan dalam sistem layanan kesehatan. Di mata wartawan, beliau ibarat lilin: menerangi banyak hal di tengah tekanan,” ungkap Imam Kachonk panggilan akrabnya.
Ia juga menilai keputusan mundur tersebut sangat disayangkan, terlebih dalam momentum RSUD Sumenep sedang mengalami kemajuan.
“Figur seperti beliau langka. Tegas, transparan, dan tidak alergi kritik. Ini sungguh kehilangan sosok figur yang baik di Sumenep, jika kabar tersebut benar,” pungkasnya.
Sementara itu, Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo belum memberikan tanggapan resmi. Menurut informasi dari stafnya, Bupati saat ini tengah berada di luar kota. (EM)
*