News

Nur Faizin Hujan Kritikan, Petani Sumenep: Kami Petani Kecil yang Menggantungkan Hidup dari Tembakau

×

Nur Faizin Hujan Kritikan, Petani Sumenep: Kami Petani Kecil yang Menggantungkan Hidup dari Tembakau

Sebarkan artikel ini
20250824 125340 scaled
GRID: Pernyataan DPRD Jatim, Nur Faizin, soal maraknya peredaran rokok ilegal di Pulau Madura disorot Petani Sumenep, Faizi (Doc. Seputar Jatim)

SUMENEP, Seputar Jatim – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Timur (DPRD Jatim), Nur Faizin, jadi bulan-bulanan publik usai pernyataannya soal maraknya peredaran rokok ilegal di Pulau Madura.

Tidak hanya dari kalangan dari pengusaha rokok lokal, tetapi juga dari petani tembakau yang menilai ucapannya tersebut mendiskreditkan rakyat kecil.

Seorang Petani Muda Asal Sumenep, Faizi, menilai pernyataan tersebut terlalu simplistis dan seolah menyalahkan Rakyat Madura.

Menurutnya, wibawa negara tidak bisa diukur dari tinggi-rendahnya cukai, melainkan dari cara negara memperlakukan rakyatnya.

Baca Juga :  Kejari Geledah Kantor KPU Sumenep Dugaan Korupsi Logistik Pemilu 2024, Eks Komisioner Tunggu Panggilan!

“Kalau rakyat kecil terus disudutkan, itu bukan wibawa, tapi dzalim. Integritas tanpa empati bisa berubah menjadi represi. Yang tertekan bukan cukong besar, tapi kami petani kecil yang menggantungkan hidup dari tembakau,” tegasnya, saat ditemui di Sumenep, Madura, Minggu (22/8/2025).

Menurutnya, maraknya rokok ilegal tidak muncul tanpa sebab. Harga tembakau sering jatuh, pabrikan besar enggan membeli hasil panen, dan jika pun membeli, kualitas selalu dianggap ‘kelas dua’.

Dalam kondisi itu, pabrik rokok rumahan yang sering dicap ilegal justru hadir sebagai penyelamat para petani tembakau.

“Kalau pabrikan besar menutup pintu, siapa yang menolong petani? Pabrikan rumahan memang sering dicap ilegal, tapi mereka menampung hasil panen kami,” jelasnya.

“Apakah itu serta-merta salah? Kalau cukai terus dinaikkan tanpa melihat kondisi ekonomi rakyat, jangan heran bila rokok ilegal makin subur,” ujarnya.

Ia pun mengingatkan, Nur Faizin agar isu rokok ilegal tidak dijadikan panggung politik, sementara nasib rakyat kecil justru semakin terhimpit.

Baca Juga :  Kembali Harumkan Sumenep, BPRS Bhakti Sumekar Raih Penghargaan Nasional pada Ajang KEJAR Award 2025

“Kebijakan tanpa keberpihakan itu sama saja menindas. Kami butuh solusi nyata, bukan sekadar kata-kata manis,” tandas yang juga pegiat Media Online itu.

Sementara itu, Wakil Ketua Paguyuban, Raosi Samorano, menilai pernyataan Nur Faizin sebagai bentuk heroisme kosong yang tidak berpihak pada rakyat Madura.

“Jangan hanya berteriak soal wibawa negara, sementara rakyat kecil dikorbankan. Heroisme tanpa solusi itu pengkhianatan terhadap rakyat. Kalau mau bicara tegas, jangan hanya ke pengusaha kecil. Tegaslah juga terhadap kebijakan cukai yang mencekik,” bebernya.

Industri rokok rakyat di Madura bukan sekadar soal potensi cukai, melainkan juga denyut nadi ekonomi masyarakat pedesaan.

“Kalau negara hanya melihat rokok rakyat sebagai sumber uang, maka rakyat akan semakin terpojok. Jangan sampai wakil rakyat terjebak pada retorika kosong. Kami butuh solusi, bukan sekadar pernyataan politik yang menyalahkan,” jelasnya.

Saat ini, kata dia, petani maupun pengusaha lokal sepakat, penegakan hukum harus memperhatikan realitas sosial dan ekonomi masyarakat.

“Kalau hukum dijalankan tanpa empati, yang tumbang bukanlah cukong besar, tapi rakyat kecil. Itu ironi: hukum kalah oleh perut yang lapar,” pungkasnya.

“Kalau memang mau lantang bicara, buktikan dengan langkah nyata. Jangan hanya retorika politik di panggung media. Rakyat Madura butuh keberpihakan, bukan sekadar koar-koar soal wibawa negara,” terangnya dengan nada keras.

Bahkan, ia pun tidak butuh wakil rakyat yang hanya pandai beretorika, seperti politisi PKB itu.

“Kalau seorang wakil rakyat hanya pandai berkoar di media tanpa menghadirkan solusi, lebih baik berhenti saja jadi wakil rakyat. Karena rakyat Madura butuh pembela, bukan pemain sandiwara politik,” imbuhnya.

Diberitakan sebelumnya, dalam salah satu postingan di TikTok, Nur Faizin menyebutkan, bahwa rokok ilegal semakin marak di Madura.

Ia mengaku bahwa fenomena ini tidak hanya merugikan negara secara fiskal, tetapi juga mengganggu tatanan pasar dan menciptakan distorsi persaingan usaha lokal.

Menurutnya, selama pengawasan belum diperbaiki, penurunan tarif cukai sekalipun tidak akan menyelesaikan masalah.

“Integritas dan efektivitas penegakan hukum menjadi kunci utama dalam melindungi keberlanjutan fiskal negara sekaligus kredibilitas regulasi,” tulisnya.

Baca Juga :  Perayaan HUT RI Ke 80, BPRS Bhakti Sumekar Hadir Dukung UMKM dan Pembangunan Ekonomi Desa

“Pemerintah harus serius menindak peredaran rokok ilegal. Ini bukan sekadar soal kehilangan pendapatan, tapi menyangkut wibawa negara!,” pungkasnya. (EM)

*

Tinggalkan Balasan