Surabaya, seputarjatim.com- Penuh flare. Panas. Dan Rusuh. Demikian ungkap kebanyakan, setelah menonton leg pertama babak 8 besar Piala Indonesia, Persebaya VS Madura United, Rabu (19/06/2019). Memang, derby Jawa Timur ini menyedot perhatian masyarakat bola.
Laga yang berakhir dengan skor imbang 1-1 ini dihentikan 3 menit lebih cepat, dari waktu yang semestinya. Apa sebab? Segerombolan bonek tiba-tiba masuk sambil bentangkan kain bertulis: Jangan Bikin Malu Surabaya!
Bonek kecewa. Di musim ini Persebaya tak sekalipun meraih kemenangan. Selain bentangkan poster, oknum bonek jg merusak sejumlah fasilitas stadion.
Sekali lagi, di akhir laga memang penuh flare. Memang panas. Dan memang rusuh.
Namun ada sejumlah catatan yang harus kita apresiasi. Walau sejatinya tak elok, bila sebuah rusuh diapresiasi. Catatan positif, bahwa rusuh ini tidak menimbulkan korban jiwa. Tidak terlihat aksi saling lempar batu atau keramik antara kedua suporter; seperti pada kasus rusuh umumnya. Disaat rusuh justru muncul pemandangan unik. Kedua suporter justru duduk dan berada di tribun yang sama. Bahkan, sejumlah suporter Madura ikut berteriak menuntut dan mendesak, Persebaya segera berbenah. Unik memang. Rusuh ini.
Memang rusuh, laga di Stadion GBT Rabu lalu. Bonek menuntut perbaikan prestasi Tim. Rusuh yang dilampiaskan dengan bentangan poster. Tanpa melukai satu pun suporter tim lawan, yang jelas jelas saat itu membuat tim Persebaya harus berbagi angka.
Rabu malam, saat laga telah usai. Penonton keluar silih berganti dari stadion Gelora Bung Tomo (GBT). Bonek dan kacong jalan beriringan. Bonek dan Kacong saling boncengan motor bahkan. Unik memang. Rusuh ini. (*)