Sumenep, seputarjatim.com- Rencana reaktivasi jalur kereta api yang diusulkanBupati Sumenep Achmad Fauzi menjadi perhatian kalangan akademisi di Pulau Madura. Di tengah pro kontra, sejumlah rektor perguruan tinggi menilai pembukaan infrastruktur baru transportasi sangat dibutuhkan masyarakat. Karena disatu sisi, akses jalan nasional di Pulau tidak bertambah signifikan dan selalu mengalami overload setiap tahunnya.
“Saya mendukung reaktivasi jalur kereta api. Karena keberadaannya dibutuhkan. Jalan sekarang sangat overload. Apalagi ini juga masuk dalam rencana strategis nasional Jokowi,” terang Rektor Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Dr. Safi’, Sabtu (29/7/2023).
Safi’ menambahkan, proyek reaktivasi jalur kereta api di Pulau Madura diakuinya rentan memunculkan masalah sosial. Karenanya, pemerintah harus benar-benar mengkaji secara menyeluruh dampak yang ditimbulkan.
“Tidak harus membangun rute lama kereta api. Karena di beberapa titik, jalur kereta lama tersebut telah ditinggali warga dan bahkan menjadi jalan raya. Pemerintah harus mencari lokasi pengganti jalur kereta yang lain,” imbuh Safi’.
Komentar dukungan lain disampaikan Rektor Universitas Bahaudin Mudhari (UNIBA) Madura Prof Rachmad Hidayat. Menurutnya, reaktivasi jalur kereta api adalah ide brilian namun harus dilaksanakan sangat hati-hati.
“Mengenai jalur kereta api lintas Madura yang akan direaktivasi lagi, menurut saya ide itu bagus. Hanya perlu diketahui, itu kan bukan kewenangan pemerintah daerah. Dan ini ide brilian. Cuma untuk mereaktivasi itu, memang sangat sulit dan butuh effort yang luar biasa,” terang Rektor Universitas Bahaudin Mudhary (UNIBA) Madura, Sabtu (29/7/2023).
Rachmad menambahkan, proses reaktivasi kereta butuh melakukan studi ilmiah lanjutan. Karena menurutnya kondisi bekas rel kereta api yang ada saat ini banyak rusak.
“Jalur PJKA lama yang ada dari Sumenep ke Bangkalan kondisinya sudah banyak rusak. Jadi memang biaya reaktivasi ini sama dengan membuat jalur kereta api baru,” tambah Rachmad.
Sementara itu akademisi Universitas Wiraraja Sumenep Dr.Hidayaturrahman memiliki pandangan berbeda terkait reaktiviasi rel kereta api Madura. Menurutnya, jika yang menjadi kendala adalah kemacetan dan tingkat overload jalan, solusinya adalah melebarkan jalan-jalan yang padat.
“Telaah saya ada tiga titik di Madura yang jadi pusat kemacetan. Ini menjadi pekerjaan rumah pemerintah. Untuk mengurainya, tidak harus dengan membangun jalur kereta api. Bisa dengan membuat jalan alternatif, di titik kemacetan itu. Lebih hemat anggaran negara. Karena untuk mereaktivasi jalur kereta, negara harus mengeluarkan uang sekitar 10 triliun,” kata Hidayaturrahman.
Dosen Ilmu Komunikasi Unija ini juga meminta pemerintah dapat menjelaskan paparannya terkait rencana reaktivasi kereta Madura.
“Jalurnya sudah banyak dihuni warga. Biar tidak menimbulkan kegaduhan. Saya juga siap untuk berdiskusi langsung dengan pemerintah daerag,” imbuhnya.
Sebelumnya, rencana reaktivasi jalur kereta api Madura diwacanakan Bupati Sumenep Achmad Fauzi sebagai solusi penyediaan infrastruktur dan sarana transportasi massal di Pulau Madura. Jumlah penduduk Madura yang terus pasat, dan jumlah sarana jalan yang terbatas, menjadi dasar ketua DPC PDI Perjuangan Sumenep itu untuk mengusulkan pembangunan ulang jalur lama kereta api Madura.
“Menteri Perhubungan alhamdulillah mendukung rencana saya. Selanjutnya tinggal menyamakan persepsi dan pandangan ke jajaran Kepala Daerah lain di Madura. Karena sudah saatnya kita punya moda transportasi massal di Madura. Karena di Pulau Jawa, hanya Madura yang belum punya kereta api. Impian saya, dari Jakarta hingga ke Sumenep Madura bisa tersambung rel kereta api,” kata Bupati Sumenep Achmad Fauzi.
Rencananya, reaktivasi jalur kereta api ini akan dibahas khusus dalam forum rektor se-Madura. Para pakar bersama akademisi perguruan tinggi se Pulau Madura akan mencari solusi dan memberi masukan dalam proyek yang masuk dalam kategori strategis nasional itu.
“Nanti akan kami bahas di forum rektor Madura. Tempatnya kalau bukan di UTM, mungkin di IDIA Al-Amin,” kata Rektor UTM, Dr. Safi’. (Bs/red)